spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Gunung Semeru Meletus dan Mitos Jawa Datangnya “Goro-goro”

KNews – Gunung Semeru meletus dan mitos Jawa datangnya “Goro-Goro”. Melalui catatan sejarah gunung berapi, meletusnya Semeru (Mahameru) yang berada di Jawa Timur tercatat mulai 1818.

Persisnya, letusan itu terjadi pada 8 November. Dari catatan yang ada setidaknya sampai hari ini, saat Semeru hari ini meletus lagi, setidaknya sudah meletus sebanyak 87 kali.

- Advertisement -

Gunung api ini jelas termasuk gunung berapi sangat aktif. Keaktifannya hanya kalah dari salah satu gunung teraktif di dunia yang berada di dekat Yogyakarta: Gunung Merapi.

Dari namanya, Mahameru memang termasuk gunung salah satu yang mempunyai puncak tertinggi di Indonesia.

- Advertisement -

Ketinggian gunung ini yang mencapai 3.676 mdpl menempati posisi keempat sebagai gunung tertinggi di Indonesia, yakni setelah Gunung Puncak Jaya di Papua, Kerinci di Provinsi Jambi, dan Rinjani di Nusa Tenggara Barat.

Saking tingginya, sejak lama gunung ini menuai kekaguman. Dalam bahasa Jawa Kuno pun, makna Mahameru sudah dahsyat. Kata ‘Maha’ itu berarti ‘sangat’, ‘Meru’ sendiri berarti puncak atau kerucut. Jadi, gunung yang punya puncak ‘sangat tinggi’.

- Advertisement -

Dari sisi mitologi, orang Jawa dahulu kerap memadankan dengan gunung Himalaya di India. Puncaknya juga ada yang menyebut sebagai tempat moksa para satria Pandawa Lima (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa).

Nilai suci gunung ini terlihat sampai sekarang dengan banyak peninggalan tempat keagamaan Hindu beserta sisa padepokannya.

Bahkan disebut juga di sanalah tempat tinggal Empu Barada, sosok orang suci dalam kepercayaan Hindu yang membagi wilayah kerajaan Prabu Airlangga menjadi dua: Janggala dan Kediri.

Konon Empu Barada membagi kerajaan itu dengan cara terbang sembari mengucurkan kendi yang berisi air. Air itu kemudian berubah jadi Sungai Brantas yang membelah wilayahnya.

Ketakjuban kepada Gunung Semeru atau Mahameru lestari hingga zaman sekarang. Berbagai lukisan dari para pelukis terkenal mengabadikannya.

Berbagai lagu dari lagu memakai bahasa Jawa, keroncong, dan pop memuji keanggunanya. Penyanyi jalanan klasik kelahiran Jombang, Gombloh, melalui grup Lemon Trees mengisahkan keelokan berbagai danau yang ada di pinggang Gunung Semeru, misalnya, lagu Ranu Pane.

Ahmad Dhani dari grup band Dewa menuliskan lagu berjudul ‘Mahameru’. Lagu ini dinyanyikan penyanyi yang kadang suaranya dimirip-miripkan agar serak seperti penyanyi top Inggris Rod Stewart dan Bryan Adams: Ari Lasso.

Terkait meletusnya Gunung Semeru ini ada kenangan pribadi melalui kisah yang diceritakan eyang kami. Katanya, pada peristiwa meletusnya gunung itu di tahun 1955, rumah kami yang berada di sebuah kampung kami di pesisir selatan Jawa Tengah mendadak gelap gulita.

Padahal waktu itu suasana menjelang tengah hari. Saking gelapnya binatang piaraan menjadi ribut. Ayam jantan riuh berkokok.

Adik bungsu eyang buyut kami yang baru pulang dari Pesantren Termas di Pacitan ikut bingung. Dia malahan panik dan kemudian lari ke dalam rumah mencari Alquran.

Katanya, kalau tulisan Alquran tiba-tiba terhapus maka itu pertanda bila Adik bungsu eyang buyut kami yang baru pulang dari Pesantren Termas di Pacitan ikut bingung. Dia malahan panik dan kemudian lari ke dalam rumah mencari Alquran. Katanya, kalau tulisan Alquran tiba-tiba terhapus maka itu pertanda bila kiamat sudah datang.

Namun, untunglah ketika adik eyang itu lari ke dalam rumah untuk membuka Alquran, dia kemudian berteriak bila tulisannya masih ada.

Maka dia pun berucap berarti kegelapan ini bukan pertanda kiamat datang. Apalagi kegelapan itu bersamaan dengan datangnya hujan abu.

“Kalau ada hujan abu berarti ada gunung ‘mbledos‘ (meletus–Red),” kata adik bungsu eyang yang anak pesantren itu.

Dan benar saja, beberapa pekan kemudian penduduk kampung kami paham bila hujan abu yang bikin gelap gulita kampung dalam beberapa saat itu berasal dari letusan Gunung Semeru atau Mahameru yang meletus.

Akhirnya, mudah-mudahan juga meletusnya gunung tertinggi di Jawa ini bukan menjadi pertanda buruk datangnya ‘pagebluk’ (pandemi) yang lebih dahsyat. Kalau sampai ini terjadi tentu mengerikan karena sekarang ini masyarakat pun tengah hidup ‘sempoyongan’ terpapar pandemi Covid.

Mudah-mudahan juga kepercayaan orang Jawa bahwa bila ada gunung meletus sebagai isyarat alam akan terjadi ‘peristiwa besar’ yang akan menyengsarakan rakyat, tak terbukti. Ingat dahulu sebelum perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro pada 1825-1830 terjadi, ada gunung yang meletus, yakni Gunung Merapi. Selain itu, juga didahului pula dengan meluasnya wabah penyakit kolera yang memakan banyak korban.

Marilah kita berdoa hal-hal buruk semacam itu tak terjadi lagi seusai Mahameru meletus! Mudahan-mudah ini bukan tanda-tanda yang oleh para dalang pertunjukan wayang kulit disebut datangnya babak zaman: Goro-goro. (RKZ/rep)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini