spot_img
Selasa, April 23, 2024
spot_img

Gelar Profesor Megawati, Salim Said Menyebut Akal-akalan Politik?

KNews.id- Pemberian gelar profesor kepada Megawati Soekarnoputri tampaknya masih menyita perhatian sejumlah pihak. Bahkan, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pertahanan (Unhan) Profesor Salim Haji Said angkat bicara.

Ia mengatakan, bahwa tanpa gelar profesor pun, sang ketum PDI Perjuangan itu sudah memiliki posisi terhormat di negara ini.

- Advertisement -

“Masyarakat tidak perlu bingung. Ya inilah fenomena politik,” ujarnya dikutip dari tayangan YouTube Hersubeno Point belum lama ini.

Namun demikian menurutnya, sebelum pemberian gelar profesor di Unhan yang berada di bawah Kemenhan, Megawati telah meresmikan patung Bung Karno menunggangi kuda di depan Gedung Kemenhan dan juga patung Bung Karno di Lemhanas. Semuanya menurut Salim, ada hubungannya satu sama lain.

- Advertisement -

“Kita harus tahu hubungan dekat Menhan dengan Lemhanas dan tentu saja dengan kantor Kemenhan yang tuan rumahnya Pak Prabowo. Nah saya banyak ditelepon, ini fenomena apa? Saya bilang inilah politik,” jelasnya.

Adapun hal ini jelasnya, tak bisa dielakkan lagi bahwa menunjukkan makin dekatnya hubungan Prabowo Subianto yang juga ketum Gerindra dan Megawati menjelang Pilpres 2024.

- Advertisement -

“Kita harus mengerti dalam konteks itu. Kalau kita memahaminya maka tidak sulit menerjemahkan kejadian ini,” kata Salim.

Sedangkan penyematan gelar profesor, menurut Salim, biasanya hal itu dilakukan sebagai akal-akalan universitas agar mendapatkan kredit ketika membuka jurusan. Mereka tidak perlu mengajar tetapi hanya setor nama saja.

“Kalau saya enggak mau. Saya harus mengajar dan sampai sekarang saya mengajar,” tegasnya.

Selain itu, ia juga mengaku telah mendapat gelar itu jauh-jauh hari sebelum menjadi duta besar Cekoslowakia.

“Saya sudah profesor sebelum menjadi Dubes Ceko. Dapat dari UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) setelah mengurus empat tahun,” tutupnya. (AHM/bcra)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

2 KOMENTAR

  1. Terserah, mau gelarnya profesor kek, mau gelarnya doktor kehormatan kek, bukan urusan saya. ?

    Tapi yang pasti saat kita manusia berada dalam detik-detik sakaratul maut, maka kita dapat dipastikan berada di antara kehidupan dan kematian.
    Jika saat itu tiba, kita sebagai manusia akan mengetahui jika ajal akan menjemput, dan kita tidak dapat melarikan diri darinya.
    Dan gelar kehormatan terakhir kita sebagai manusia adalah almarhum/almarhumah. ?

  2. Situasi politik sekarang di negeri ini membuat banyak pimpinan perguruan tinggi tdk jernih berpikir, kalau kita tdk mau katakan tdk waras.
    Dewasa ini dosen benaran, begitu sulit tuk mencapai pangkat professor. Ada dosen yg mengatakan memperoleh pangkat professor laksana memanjat tebing yg tinggi dan terjal, dihadang oleh tantangan yg sangat berat yaitu syarat-syarat yg harus dipenuhinya. Begitu beratnya syarat-syarat yg harus dipenuhi terutama artikel ilmiah yg termuat pd jurnal internasional yg terindeks scopus, sehingga banyak dosen yg seharusnya sdh professor tapi tdk memperoleh professor sampai pensiun karena sdh lemas dan tak sanggup lagi memanjat tebing yg sangat rerjal itu.
    Makanya aneh dan sangat tdk waras jika ada pimpinan perguruan tinggi memberikan pangkat profesor kpd seseorang yg bukan dosen. Jika kita pertanyakan kpd dosen benaran yg sudah profesor ” anda mencapai pangkat profesor itu mulai dari.mana ?” Pasti jawabannya mulai dari pangkat asisten ahli, kemudian lektor, lektor kepala, dan profesor ( Guru Besar ). Jadi pendakiannya mulai dari bawah dgn segala kesulitannya.
    Saya sependapat dgn Prof. Salim Said bhw ini adalah akal-akalan politik. Dan menurut saya pribadi hal ini adalah salah satu firus politik yg akan menghacurkan dunia akademik.
    Wallahu ‘Alam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini