spot_img
Jumat, April 19, 2024
spot_img

Dua Raja Arab Saudi yang Pernah Berperang dengan Negara Lain!

KNews.id- Negara makmur dan kaya Timur Tengah, Arab Saudi, tak luput dari peristiwa-peristiwa bersejarah di dunia. Termasuk, keterlibatannya dalam perang penting yang dilakoni oleh negara-negara jazirah Arab. Berikut adalah 2 raja Arab Saudi yang berpartisipasi dalam perang besar di Timur Tengah.

  1. Raja Fahd bin Abdulaziz Al-Saud

Raja Fahd bin Abdulaziz Al-Saud memimpin Arab Saudi selama 23 tahun, mulai dari 13 Juni 1982 hingga 1 Agustus 2005.

- Advertisement -

Putra Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud, raja Arab Saudi pertama, itu turut berperan dan menjadi tokoh penting dalam Perang Teluk di tahun 1990-1991.

Dalam jurnal bertajuk “Peran PBB dalam Menyelesaikan Konflik Irak dan Kuwait pada Perang Teluk 1990-1991”, diinformasikan bahwa perang tersebut dipicu beberapa hal. Antara lain, ambisi Irak untuk menguasai ladang minyak demi memperkuat perekonomiannya dan ambisi Saddam Husain sebagai pemimpin Irak untuk memperluas wilayahnya.

- Advertisement -

Ditambah, Kuwait yang awalnya merupakan bagian dari wilayah Irak. Dalam perang besar itu, Raja Fahd berkoalisi dengan Amerika Serikat untuk melawan Irak. Ia juga mengecam invansi yang dilakukan oleh Irak. Raja Fahd menyumbang dana hingga miliaran dolar untuk menangani perang tersebut.

Sementara itu, AS mengirimkan 230 ribu tentaranya untuk ikut melindungi Kuwait dan melawan Irak. Saudi, atas perintah Raja Fahd, juga membombardir Irak dengan serangan kejut sebanyak 7 ribu kali.

- Advertisement -

Tentara Arab Saudi ikut berperang demi mengusir Irak dari Kuwait. Raja Fahd memang dikenal sebagai pemimpin Saudi yang amat terbuka dan lihai dalam melakukan kerja sama internasional, hingga perundingan. Meskipun masih konservatif, namun Fahd bisa menjalin hubungan baik dengan negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat.
2. Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud

Adik Raja Fahd yang kini memimpin Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud, terlibat dalam Perang Yaman tahun 2014. Perang ini merupakan perang saudara yang terjadi antara kubu Presiden Abdarabbuh Mansur Hadi dengan pemberontak Houthi.

Dalam mengemban tugasnya sebagai Kepala Negara, Mansur Hadi tentu akan melakukan apa saja demi menjaga keutuhan negaranya, termasuk melawan para kaum separatis. Sementara itu, Houthi hadir untuk memperjuangkan nasib kaum Syiah dan mulai menguasai ibu kota Yaman, Sanaa.

Houthi juga berhasil menyandera Hadi. Namun, dia melarikan diri dari penyanderaan dan bersembunyi di Kota Aden. Saat itulah, Hadi meminta bantuan kepada negara-negara lain untuk turut melindungi Yaman. Permintaan itu langsung diiyakan Arab Saudi yang dipimpin Raja Salman.

Arab Saudi memutuskan untuk bekerja sama dengan 8 negara Arab demi keamanan Yaman. Apalagi, negara itu juga mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Inggris. Di sisi lain, pasukan Houthi mendapat dukungan penuh dari Iran. Tepat pada 25 Maret 2015, Arab Saudi menggencar Houthi di Yaman dengan serangan militer.

Tercatat, ada 100 pesawat tempur dan 150 ribu tentara yang ikut andil dalam serangan hebat itu. Melansir JSTOR dengan judul “Country Brief: Saudi Arabia and Its Role in Yemen”, Arab Saudi juga menjadi pimpinan koalisi negara-negara Arab untuk membantu Yaman.

Peran AS juga tak kalah penting. Negeri Paman Sam itu telah membantu Arab Saudi dalam pemberian logistik, pengisian bahan bakar pesawat hingga memberikan pelatihan kepada pasukan Saudi. (AHM/sindw)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini