Friday, March 17, 2023
Keuangan News
  • Nasional
    • Hukum
    • Kebijakan
    • Makro Ekonomi
    • Peristiwa
    • Politik
  • Internasional
    • Afrika
    • Amerika
    • Asia
    • Australia
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Keuangan
    • Asuransi
    • Leasing
    • Liputan Khusus
    • Perbankan
    • Syariah
    • UKM
  • Investasi
    • Emiten
    • Market / Pasar
    • Properti
  • Khazanah
  • Lifestyle
    • Teknologi
    • Tokoh
    • Travel
    • Wisata
  • Advertorial
  • KN English
  • Opini
No Result
View All Result
  • Nasional
    • Hukum
    • Kebijakan
    • Makro Ekonomi
    • Peristiwa
    • Politik
  • Internasional
    • Afrika
    • Amerika
    • Asia
    • Australia
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Keuangan
    • Asuransi
    • Leasing
    • Liputan Khusus
    • Perbankan
    • Syariah
    • UKM
  • Investasi
    • Emiten
    • Market / Pasar
    • Properti
  • Khazanah
  • Lifestyle
    • Teknologi
    • Tokoh
    • Travel
    • Wisata
  • Advertorial
  • KN English
  • Opini
No Result
View All Result
KeuanganNews.id
No Result
View All Result
Home Internasional Australia

Dosen Austalia Menyebut Demokrasi semakin Turun di Era Jokowi!

by Redaksi
26/10/2021 12:11 AM
in Australia, Headline, Internasional
A A
Dosen University of Sydney

Dosen University of Sydney, Thomas Power

Share on FacebookShare on Twitter

KNews.id- Dosen University of Sydney, Thomas Power, menemukan bahwa demokrasi semakin turun di era pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Thomas memaparkan ada empat hal yang menjadi indikator penilaian sebuah negara demokratis.

Yakni pemilu dan oposisi resmi, lembaga penegakan hukum dan lembaga yudisial yang independen, media yang bebas dan berkualitas, serta oposisi tidak resmi dan ada kesempatan untuk berunjuk rasa.

“Kalau kita lihat di masa Jokowi, terjadi pelemahan yang cukup pelan tetapi terus terjadi di sekitar indikator,” ujar Thomas melalui diskusi daring pada Ahad, 24 Oktober.

Baca juga:

Banyak Bank Bangkrut, Indef Sebut Ini Awal Resesi Global

Heboh SVB Kolaps, Ini Pandangan BRI!

Nixon LP Napitupulu Ditunjuk Jadi Dirut BTN

Thomas menjelaskan, pada indikator pemilu dan oposisi resmi, Indonesia kini nyaris tidak memiliki partai yang mewakili rakyat. Partai dikuasai oleh kepentingan elit sehingga sistem kepartaian menjadi tidak representatif.

Menurut Thomas, hampir semua partai politik lebih mengutamakan jatah kabinet daripada menjaga sikap politik yang sesuai dengan keinginan konstituennya. “Syarat pencalonan presiden semakin sempit dan eksklusif, sehingga hanya dua pasangan calon yang mampu berpartisipasi pada pemilu 2014 dan 2019,” kata dia.

Selain itu, dua pasangan calon yang bertarung pada 2019, yakni Jokowi vs Prabowo Subianto, cenderung antidemokratik.

Lalu pada indikator penegakan hukum dan lembaga yudisial, kata Thomas, politisasi aparat penegak hukum semakin terlihat dalam lima tahun terakhir terutama di kepolisian dan kejaksaan. “Perlindungan dari perkara hukum menjadi salah satu bentuk patronase yang paling sering efektif bagi pihak penguasa.” ucap dia.

Yang terbaru adanya serangan fisik dan kriminalisasi, narasi taliban, revisi UU KPK, hingga polemik tes wawasan kebangsaan (TWK). Menurut Thomas, hal itu menjadi upaya-upaya untuk menghapus independensi lembaga hukum dan lembaga yudisial.

Indikator ketiga yakni meida yang bebas dan berkualitas juga mengalami penurunan. Thomas menemukan, media di Indonesai saat ini, kepemilikannya semakin didominasi oleh pihak yang terlibat aktif di pemerintahan. Di sisi lain, media yang mengkritisi pemerintah terancam dilaporkan, atau bahkan dipolisikan.

Selanjutnya, indikator terakhir yaitu oposisi tidak resmi dan aksi unjuk rasa, Thomas melihat menjelang pemilu 2019 lalu, pemerintah mulai membatasi dan membubarkan kegiatan kelompok opisisi.

“Contoh adalah ketika munculnya kelompok #2019GantiPresiden,” kata Thomas. Ia meilai, tindakan tersebut disebut sebagai upaya melawan radikalisme.

Namun, aksi penolakan dan pembubaran paksa terhadap kelompok oposisi sebelum pemilu 2019, di mana sikap itu menjadi modal untuk medeletigimasi aksi protes paskapemilu. Sebut saja seperti aksi protes RUU KPK, KUHP, dan Omnibus Law.

Pun dalam proses aksi unjuk rasa itu, kebebasan berekspresi semakin terancam. Sebab, demonstrasi dibubarkan secara paksa dan para demonstran menghadapi kekerasan aparat.

“Kita bisa lihat bahwa terjadi penuruan di semua indikator. Maka kami berkesimpulan dengan upaya melemahkan demokrasi dari atas, Indonesia sedang mengalami krisis atas kualitas demokrasi,” kata Thomas. (Ade/tmpo)

Tags: Dosen University of Sydney

Berita Terkait

Silicon Valley Bank Kolaps dalam 48 Jam, Nasabah Bergegas Tarik Deposito
Headline

Banyak Bank Bangkrut, Indef Sebut Ini Awal Resesi Global

17/03/2023 10:45 AM
Catatkan Kinerja Impresif, Kepemimpinan Direktur Utama BRI Mendapat Apresiasi
Emiten

Heboh SVB Kolaps, Ini Pandangan BRI!

17/03/2023 10:15 AM
Nixon LP Napitupulu Ditunjuk Jadi Dirut BTN
Emiten

Nixon LP Napitupulu Ditunjuk Jadi Dirut BTN

17/03/2023 10:06 AM

Discussion about this post

Recent News

Silicon Valley Bank Kolaps dalam 48 Jam, Nasabah Bergegas Tarik Deposito

Banyak Bank Bangkrut, Indef Sebut Ini Awal Resesi Global

17/03/2023 10:45 AM
Catatkan Kinerja Impresif, Kepemimpinan Direktur Utama BRI Mendapat Apresiasi

Heboh SVB Kolaps, Ini Pandangan BRI!

17/03/2023 10:15 AM
Nixon LP Napitupulu Ditunjuk Jadi Dirut BTN

Nixon LP Napitupulu Ditunjuk Jadi Dirut BTN

17/03/2023 10:06 AM
Menakar Peran dan Tantangan Lembaga Pemeringkat Kredit

Menakar Peran dan Tantangan Lembaga Pemeringkat Kredit

17/03/2023 9:45 AM
Akuisisi dan Ekspansi, Mitratel Yakin Kinerja Naik 11 Persen di Tahun 2023

Akuisisi dan Ekspansi, Mitratel Yakin Kinerja Naik 11 Persen di Tahun 2023

17/03/2023 9:15 AM
BTN Tebar Dividen Rp609 M atau 20 Persen dari Laba Bersih

BTN Tebar Dividen Rp609 M atau 20 Persen dari Laba Bersih

17/03/2023 8:45 AM
BCA Tebar Dividen Rp205 Per Lembar Saham

BCA Tebar Dividen Rp205 Per Lembar Saham

17/03/2023 8:15 AM
Bos BI Analisis Penyebab Kolapsnya Tiga Bank di AS

Bos BI Analisis Penyebab Kolapsnya Tiga Bank di AS

17/03/2023 7:45 AM
Laba Bersih TINS Turun 20 Persen, Ini Penyebabnya

Laba Bersih TINS Turun 20 Persen, Ini Penyebabnya

17/03/2023 7:15 AM
gedung learning center

Mencetak SDM, Bank Mantap Membangun Gedung Learning Center di Bali

17/03/2023 7:08 AM

Populer

  • Bisnis Keluarga Sutowo yang Bertumbangan, dari Hard Rock Cafe Jakarta hingga Hotel

    Bisnis Keluarga Sutowo yang Bertumbangan, dari Hard Rock Cafe Jakarta hingga Hotel

    8233 shares
    Share 3293 Tweet 2058
  • Anggota Ansor Memprotes Keras Masjid Al-Jabbar yang Mengundang Ustadz Khalid Basalamah, Mau Dibubarkan?

    4667 shares
    Share 1867 Tweet 1167
  • Jika Ustadz Khalid Basalamah tak Diganti di Masjid Al Jabbar, Ini Peringatan Keras Anggota Banser Gus Affan Alfayed

    3596 shares
    Share 1438 Tweet 899
  • Gembar-gemborkan Jangan Hidup Mewah, Jokowi Ibarat Ditampar Kenyataan Gara-gara Istri, Anak, hingga Mantunya!

    3271 shares
    Share 1308 Tweet 818
  • Proyek Mangkrak Meikarta: Konsorsium Bubar, Hantam Keuangan Grup Lippo

    2755 shares
    Share 1102 Tweet 689

ABOUT US

Keuangan News

Follow us on social media:

  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
  • Advertisement
  • Privacy
  • Kontak Kami

Ā© 2023 Keuangannews.id

No Result
View All Result
  • Nasional
    • Hukum
    • Kebijakan
    • Makro Ekonomi
    • Peristiwa
    • Politik
  • Internasional
    • Afrika
    • Amerika
    • Asia
    • Australia
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Keuangan
    • Asuransi
    • Leasing
    • Liputan Khusus
    • Perbankan
    • Syariah
    • UKM
  • Investasi
    • Emiten
    • Market / Pasar
    • Properti
  • Khazanah
  • Lifestyle
    • Teknologi
    • Tokoh
    • Travel
    • Wisata
  • Advertorial
  • KN English
  • Opini

Ā© 2023 Keuangannews.id