spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Dalam Sebulan, Utang Pemerintah Indonesia Menurun sebesar Rp 109,14 T

KNews.id- Hingga akhir Mei 2021 jumlah utang pemerintah RI tercatat senilai Rp 6.418,15 triliun atau setara 40.49% dari PDB. Kementerian Keuangan mencatat jumlah ini turun Rp 109,14 triliun dari bulan sebelumnya senilai Rp 6.527,29 triliun atau 41,18% dari PDB pada akhir April 2021.

Meski demikian, jika dibandingkan Mei 2020, jumlah utang pemerintah naik Rp 1.159,58 triliun dari Rp 5.258,57 triliun atau 32,09% dari PDB. Kemenkeu mengungkapkan secara nominal, posisi utang pemerintah pusat mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun jumlah ini menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

- Advertisement -

“Posisi utang pemerintah per akhir Mei 2021 berada di angka Rp 6.418,15 triliun dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 40,49%,” tulis Kemenkeu dalam buku APBN KiTa edisi Juni yang dikutip Kamis (24/6).

Perubahan ini disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang masih berada dalam fase pemulihan akibat perlambatan ekonomi yang terjadi di masa pandemi Covid-19.

- Advertisement -

Secara rinci, jumlah utang pemerintah terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 5.580,02 triliun dan pinjaman Rp 838,13 triliun. SBN terdiri dari dalam negeri Rp 4.353,56 triliun dan valuta asing (valas) Rp 1.226,45 triliun.

Sementara pinjaman terbagi atas pinjaman dalam negeri Rp 12,32 triliun dan luar negeri Rp 825,81 triliun. Pinjaman luar negeri berasal dari bilateral Rp 316,83 triliun, multilateral Rp 465,52 triliun, dan commercial banks Rp 43,46 triliun.

- Advertisement -

“Kebutuhan utang tentu akan meningkat di masa pandemi covid-19, namun pemerintah senantiasa menyiapkan strategi untuk memitigasi volatilitas pasar keuangan serta mengelola risiko agar utang tetap terjaga dalam batas aman. Salah satunya terlihat dari risiko suku bunga mengambang (variable rate) dan suku bunga tetap (fixed rate) yang selalu dikelola dengan hati-hati,” tulis Kemenkeu.

Sebagai langkah mitigasi pembiayaan dan mengurangi ketergantungan akan valuta asing, porsi valas diturunkan dari 44,6% pada 2015 menjadi 32% pada akhir Mei 2021. Selain itu, indikator risiko refinancing juga dijaga dengan waktu jatuh tempo utang rata-rata (average time to maturity/ATM) yang menurun dari semula 9,39 tahun pada 2015 menjadi 8,7 tahun pada Mei 2021. (Ade/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini