spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Bos Krakatau Steel memprediksi soal Pasar Baja Global Tahun ini

KNews.id – Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Purwono Widodo memproyeksikan permintaan baja global tahun 2023 tumbuh 1,1% untuk mencapai sekitar 1,8 miliar metrik ton.

Proyeksi tersebut merujuk pada laporan World Steel Association yang memperkirakan permintaan baja di kawasan ASEAN bakal mencapai 77,9 juta ton, tumbuh 3,5 juta ton dari kebutuhan tahun 2022 sebesar 75,3 juta ton, dengan total produksi mencapai 58,5 juta ton atau meningkat 9,1% dari produksi tahun sebelumnya.

- Advertisement -

“Ekspor dari ASEAN juga terus meningkat sejak 2016 dengan total ekspor 8,6 juta ton dan menjadi 25,1 juta ton pada tahun 2022. Meski ada perkembangan positif dari permintaan, produksi, dan ekspor, penting untuk dicatat ASEAN merupakan importir baja yang besar selama bertahun-tahun,” ungkap Purwono yang juga chairman South East Asia Iron & Steel Institute (SEAISI) saat membuka 2023 SEAISI Conference & Exhibition di Manila, Filipina, melalui keterangan resmi, Kamis (25/5).

Purwono menjelaskan, pada tahun 2022, jumlah impor baja ASEAN mencapai 44,5 juta ton atau lebih dari 57% kebutuhan baja ASEAN. Tingkat impor ini, menurut, dia perlu diturunkan dan produksi baja di regional ASEAN perlu didorong.

- Advertisement -
‘Ramalan’ Bos Krakatau Steel (KRAS) soal Pasar Baja Global Tahun Ini
Dirut Krakatau Steel, Purwono Widodo. (Perseroan)

“Industri baja ASEAN harus bekerja sama untuk melindungi pasar regional kita dari praktik perdagangan yang tidak adil dari sumber kelebihan kapasitas dengan harga impor yang rendah sehingga menyebabkan injury pada industri baja domestik di ASEAN,” tegasnya.

Lebih lanjut Purwono menuturkan, industri baja ASEAN menghadapi tantangan besar berupa kelebihan potensial kapasitas. Untuk itu, SEAISI memperkirakan kapasitas baja di ASEAN bakal bertambah hingga 90 juta ton dalam 5-10 tahun mendatang, dengan didominasi investasi dari Tiongkok. Kapasitas tambahan tersebut sangat besar dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan baja ASEAN.

- Advertisement -

Selain itu, ASEAN juga berkomitmen mengurangi emisi pada 2021 United Nation Climate Change Conference (COP26) dan bekerja menuju mitigasi perubahan iklim, dengan mengajukan kebijakan untuk pengendalian emisi karbon. Sebagai salah satu industri paling intensif dengan karbon, industri baja ASEAN akan terdampak dari target pengurangan emisi karbon.

Terlebih, SEAISI telah memperkirakan adanya ledakan peningkatan emisi karbon pada industri baja Asean hingga tiga kali lipat jika teknologi net-zero carbon tidak diterapkan. SEAISI dan Asean Iron & Steel Council (AISC) pun berencana mengembangkan roadmap industri baja net zero carbon dan berupaya menemukan cara untuk mengurangi emisi karbon industri baja di ASEAN secara efektif.

“Melalui SEAISI ini, kita kembangkan kerja sama dan kolaborasi industri baja dengan mengadopsi digitalisasi baik dalam bentuk otomatisasi maupun pemantauan sistem produksi secara online karena teknologi,” ujarnya.

“Saya percaya SEAISI akan berperan penting untuk menghasilkan ide maupun solusi yang mungkin menjadi jawaban atas masalah dan tantangan industri baja ke depan,” tutup Purwono. (Fhd/Invest)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini