spot_img

Bos IAEA Peringatkan Israel Serang Nuklir Iran Bakal Jadi Malapetaka

KNews.id – Jakarta, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi memperingatkan bahwa serangan Israel terhadap situs-situs nuklir Iran berpotensi menimbulkan malapetaka. Dia mengatakan Teheran memiliki material untuk senjata nuklir.

Tel Aviv tidak mengesampingkan kemungkinan menyerang situs nuklir Teheran jika pembicaraan yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan Iran gagal.

- Advertisement -

Meskipun ketegangan antara Israel dan Iran terus berlanjut, Presiden AS Donald Trump dilaporkan telah memperingatkan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu agar tidak mengambil tindakan militer apa pun yang dapat merusak dorongannya untuk mencapai kesepakatan guna mengekang aktivitas nuklir Iran.

“Ancaman Israel berarti bahwa hal-hal [terkait nuklir] Iran memiliki potensi luar biasa untuk menjadi malapetaka. Jika terjadi kegagalan dalam negosiasi, ini kemungkinan besar akan menyiratkan tindakan militer,” kata Grossi kepada Financial Times. Menurutnya, tidak ada serangan presisi tunggal yang dapat menghancurkan target nuklir Iran yang mengakar.

- Advertisement -

“Hal-hal yang paling sensitif berada setengah mil di bawah tanah—saya telah ke sana berkali-kali. Untuk sampai ke sana, Anda harus melalui terowongan spiral ke bawah, ke bawah, ke bawah,” kata Grossi, yang dilansir Minggu (8/6/2025).

“Iran tidak memiliki senjata nuklir saat ini, tetapi memiliki materialnya,” imbuh bos IAEA. Grossi sebelumnya telah menyatakan kekhawatirannya atas meningkatnya aktivitas pengayaan uranium Teheran.

Iran bermaksud untuk membuktikan bahwa program nuklirnya sepenuhnya damai, kata Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi kepada penyiar Nile News dalam sebuah wawancara. Menurutnya, tidak masuk akal bagi Teheran untuk melanggar fatwa Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei terhadap senjata nuklir.

Meskipun demikian, Iran tidak akan menerima kesepakatan apa pun yang mengharuskannya melepaskan kemampuan pengayaan uranium dalam negerinya, kata Araghchi sebelumnya pada hari Rabu.

“Tidak ada pengayaan, tidak ada kesepakatan. Tidak ada senjata nuklir, kami memiliki kesepakatan,” katanya. Selama masa jabatan pertamanya, Trump secara sepihak menarik AS keluar dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015 yang didukung PBB, di mana Teheran setuju untuk mengekang aktivitas nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.

Sejak itu Iran secara bertahap meningkatkan upaya pengayaan uraniumya. Israel, yang memandang aktivitas nuklir Iran sebagai ancaman, telah menuntutnya menghentikan semua pengayaan uranium. Perang bayangan selama puluhan tahun antara kedua negara itu dua kali meningkat menjadi serangan rudal langsung tahun lalu. Ketegangan meningkat tajam sejak dimulainya perang Gaza pada tahun 2023.

- Advertisement -

(FHD/Snd)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini