KNews.id – Jakarta – Doa menjaga lisan bisa diamalkan oleh setiap Muslim. Lisan sendiri merupakan salah satu anugerah Allah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun, lisan juga dapat menjadi sumber keburukan apabila tidak dijaga dengan baik.
Seorang muslim dianjurkan untuk senantiasa mengamalkan doa menjaga lisan agar terhindar dari perkataan yang menyakiti orang lain. Islam mengajarkan bahwa menjaga lisan adalah bagian penting dari akhlak mulia yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.” Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Senin (29/9/2025).
Doa Menjaga Lisan Utama: Arab, Latin, dan Terjemah
Terdapat beberapa doa yang secara khusus diajarkan untuk memohon perlindungan Allah SWT agar lisan senantiasa terjaga dari perkataan buruk. Doa-doa ini menjadi sarana bagi seorang Muslim untuk memperkuat tekadnya dalam mengendalikan ucapan dan memastikan setiap kata yang keluar membawa kebaikan.
Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah SAW untuk berlindung dari keburukan anggota badan, termasuk lisan, adalah sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِى، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِى، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِى، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّى
Bacaan latin: Allaahumma innii a’uudzu bika min syarri sam’ii, wa min syarri bashorii, wa min syarri lisaanii, wa min syarri qolbii, wa min syarri maniyyii.
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan pendengaran, penglihatan, lisan, qalbu, dan maniku.”
Doa ini mencakup permohonan perlindungan dari kejahatan pendengaran, penglihatan, lisan, kalbu, dan mani, yang semuanya merupakan potensi sumber maksiat. Dengan memohon perlindungan dari kejahatan lisan, seorang hamba berharap tidak membicarakan perkara sia-sia yang tidak penting baginya.
Selain itu, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam komentar kitab Risâlah al-Mustarsyidînmenganjurkan doa lain agar Allah SWT menjaga lisan kita. Doa ini berfokus pada transformasi diam menjadi pikiran dan bicara menjadi dzikir, yang menunjukkan kesadaran penuh dalam setiap aktivitas lisan.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَمْتِي فِكْراً وَنُطْقِي ذِكْراً
Bacaan Latin: “Allâhumma-j’al shamtî fikran wa nuthqî dzikran”
Artinya: “Wahai Allah, jadikanlah diamku berpikir, dan bicaraku berdzikir.”
Amalan Dzikir untuk Menjaga Lisan
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
Bacaan Latin: Astaghfirullaha-lladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaih
Artinya: “Aku memohon ampunan kepada Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, dan aku bertobat kepada-Nya.”
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, “Siapa yang memohon ampun (istighfar), niscaya Allah SWT akan memberikan jalan keluar kepadanya dari segala kesusahannya.” Mengutip dari Sunan Abu Dawud dan Sunan At-Tirmidzi, istighfar memiliki keutamaan yang luar biasa dalam membersihkan hati dan lisan dari dosa.
Bahaya Lisan dalam Perspektif Islam
Islam mengajarkan bahwa lisan memiliki kekuatan yang luar biasa, baik untuk kebaikan maupun keburukan. Imam As-Syafi’i menyebutkan, “Lisanmu jangan pernah kau pakai untuk menyebut kekurangan orang lain karena seluruh dirimu adalah aib, sedang tiap manusia punya lisan.”
Peringatan tentang bahaya lisan juga termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 70:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
Bacaan Latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanuttaqullāha wa qūlū qaulan sadīdā
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
Abdullah Gymnastiar dalam bukunya Bahaya Lisan menegaskan bahwa Rasulullah SAW seringkali mengingatkan umat Islam untuk menjaga perkataan. Rasulullah bersabda, “Jiwa seorang mukim bukanlah pencela, pengutuk, pembuat perbuatan keji, dan berlidah kotor.” (HR. Tirmidzi)
Cara Melatih Lisan Agar Selalu Baik
Menjaga lisan bukanlah perkara yang mudah, namun dapat dilatih melalui pembiasaan dan kesungguhan. Asy-Syaikh Mahmud Al-Khazandar dalam Hadzihi Aklaquna menyarankan beberapa cara:
- Latihan dan Pembiasaan Berkelanjutan:Perkataan baik dapat terbentuk melalui latihan yang konsisten dan pembiasaan dalam keseharian.
- Berpikir Sebelum Berbicara: Sebelum mengucapkan sesuatu, gunakan akal dan pikiran untuk mempertimbangkan apakah perkataan tersebut membawa manfaat atau justru merugikan.
- Mengamalkan Doa Menjaga Lisan Secara Rutin: Membaca doa perlindungan lisan secara konsisten dapat membantu mengendalikan ucapan.
- Memperbanyak Dzikir dan Istighfar:Lisan yang terbiasa berdzikir akan lebih mudah terjaga dari perkataan buruk.
- Diam Ketika Ragu: Imam An-Nawawi menasihatkan dalam Kitab Riyadhush Shalihin, “Hendaklah seseorang tidak berbicara kecuali apabila perkataannya membawa kebaikan, dan ketika ragu tentang kebaikan perkataannya, hendaklah ia tidak berbicara.”
Adab Berbicara dalam Islam
Islam mengajarkan adab berbicara yang sangat detail untuk menjaga kehormatan dan martabat setiap individu. Adab ini mencakup berbagai aspek mulai dari pemilihan kata, intonasi, hingga waktu yang tepat untuk berbicara.
- Pertama, seorang muslim hendaknya memilih kata-kata yang sopan dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
- Kedua, berbicara dengan nada yang lembut dan tidak membentak atau meninggikan suara tanpa alasan yang jelas.
- Ketiga, mempertimbangkan waktu dan tempat yang tepat untuk menyampaikan sesuatu.
- Keempat, menghindari gosip, ghibah, dan namimah yang dapat merusak hubungan sosial.
Tanda-tanda Lisan yang Terjaga
Seorang muslim yang berhasil menjaga lisannya memiliki beberapa tanda yang dapat diamati dalam kesehariannya. Tanda-tanda ini menjadi indikator keberhasilan dalam mengamalkan doa menjaga lisan:
- Jarang Berbicara Tanpa Manfaat: Orang yang lisannya terjaga cenderung mempertimbangkan setiap kata sebelum mengucapkannya.
- Lebih Banyak Mendengarkan: Mereka lebih memilih untuk mendengarkan dan memahami lawan bicara daripada terburu-buru memberikan respon.
- Tidak Mudah Terpancing Emosi: Ketika menghadapi situasi yang memanas, mereka mampu mengendalikan diri dan tidak terpancing untuk berkata kasar.
- Sering Berdzikir dan Istighfar: Lisan yang terjaga secara alami akan lebih sering digunakan untuk berdzikir dan mengingat Allah.
- Tidak Pernah Menggunjing atau Menfitnah: Mereka menghindari pembicaraan yang dapat merugikan orang lain.
Menurut Tafsir Al-Qurtubi, tanda-tanda ini merupakan refleksi dari hati yang bersih dan jiwa yang tenang. Doa menjaga lisan yang diamalkan secara konsisten akan membantu seseorang mencapai tingkat spiritualitas yang lebih tinggi.