KNews- Anies Baswedan butuh pendekatan yang lebih intensif kepada tokoh perempuan yang kepribadiannya dapat mewakili kaum perempuan. Karena memang perempuan pantas menjadi petinggi dinegeri demokrasi ini yang “sistim rule -nya bermazhab equality before the law” atau sistim yang menolak konsep gender, tentunya proporsional jika perempuan eksis di RI. 2.
Selebihnya “Khofifah dapat menjadi pemecah batu” terhadap suara besar konstituen pilpres, yakni para ulama NU. serta para pengikutnya di Jawa Timur, lalu perkembangan geo politiknya, akan memunculkan koneksitas politis kepada Para Ulama di Jawa Tengah, dan daerah lainya di Pulau Jawa, temasuk seberang Jawa, yang menurut data empirik berdasarkan historis Sosiologi Politik Indonesia sejak dekade keberadaan PNI. Pada Pemilu dimasa ORLA di negara ini, antara sosok Soekarno (PNI), nyata fakta ” keterkaitan hubungan kedekatan Soekano kepada Ulama NU. Dan berimbas kepada warga NU. Yang ready nunut ” kepada tokoh ulama panutannya. Sehingga berkesimbungan menjadi cerminan politik prakteknya sampai dekade saat ini.
Gejala kedekatannya nampak dalam bentuk berbaginya suara perolehanbdiantara dua kubu, PDIP. Sebagai cikal bakal dari PNI & PKB.
Walau jika mengacu kepada politik sejarah berdirinya PKB. Lahir dari tokoh besar NU. Gus Dur, dengan menggunakan ” metode ortodok atau sistim tradisional yang berbasis kepada Para Ulama NU. Sehingga semestinya suara NU. layak menjadi suara PKB. Untuk seluruh daerah di tanah air.
Maka celah politis dari figur Khofifah ini menjadi manufer politik pecah batu yang cukup nice untuk diimplementasikan oleh Sang tokoh Pembaru menuju pilpres 2024. Demi signifiaksi perolehan suara. Sehingga terwujud harapan daripada cita – cita publik bangsa ini Lintas Sara, Anies duduk di Kursi RI. 1, semata demi bangsa dan negara Indonesia yang jauh lebih baik. (RZ/KN)
