KNews.id – BELUM kering luka akibat kegagalan Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di Aceh, beberapa waktu lalu, kini bank itu membuat luka baru. Sejak Sabtu pekan lalu, hingga saat tulisan ini diunggah, sejumlah nasabah BSI tidak dapat mengakses tabungan mereka di bank itu.
Kegagalan ini membuat banyak orang kesusahan. Jangankan bertransaksi menggunakan aplikasi di telepon cerdas, nasabah juga tidak dapat bertransaksi di mesin anjungan tunai mandiri (ATM).
Di Aceh, kelemahan BSI ini menjadi peluru bagi sejumlah orang untuk menyerang Qanun Lembaga Keuangan Syariah. Kegagalan BSI melayani nasabah di Aceh dengan mudah dipelintir untuk mendatangkan kembali bank konvensional.
Tarik menarik untuk menyilakan kembali bank konvensional beroperasi di Aceh ini memang alot. Perang opini disebar di media massa dan media sosial. Dan memang, kegagalan BSI melayani nasabah secara utuh mendatangkan banyak masalah.
Perlahan-lahan, jika bank syariah yang ada tidak menunjukkan kinerja yang seharusnya, bukan tidak mungkin mereka yang menolak pengembalian bank konvensional bakal berbalik gagang. Mereka beranggapan terlalu banyak kesusahan yang dialami setelah aturan LKS itu berlaku.
Sebagai bank besar, BSI seharusnya menerapkan sistem yang berkeadilan bagi nasabah. Manajemen bank ini, secara terbuka, harus menyampaikan kepada nasabah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki sistem yang ada sehingga pelayanan di bank itu dapat berjalan maksimal.
BSI seharusnya memberikan kompensasi khusus bagi nasabah di Aceh. Yakni dengan memastikan seluruh layanan pulih lebih cepat ketimbang daerah lain dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada nasabah. Bank syariah seharusnya tidak sekadar menerapkan sistem keuangan sesuai dengan syariat Islam.
Dalam urusan pelayanan, kejujuran dan kepedulian manajemen BSI adalah kunci untuk tetap mendapatkan keridaan nasabah dalam bertransaksi menggunakan jasa mereka. Nasabah Aceh tak bunya banyak pilihan. Jangan korbankan pengorbanan mereka. (RZ/AJNN)
