spot_img
Jumat, April 19, 2024
spot_img

Agung Podomoro Sekarat?

KNews.id- Lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investor Service memutuskan untuk memangkas peringkat utang dari perusahaan properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) menjadi Caa1 dengan outlook negatif (Caa1-).

Peringkat Caa1 APLN mencerminkan ekspektasi bahwa likuiditas perseroan masih lemah pada 2021 dan 2022, karena perusahaan bergantung pada penjualan aset dan pendanaan eksternal untuk memenuhi kebutuhan uang tunai.

- Advertisement -

Struktur modal APL juga tidak berkelanjutan, seperti yang ditunjukkan oleh leveragenya yang tinggi. APLN diharapkan untuk menyelesaikan penjualan lahan industri dan penjualan sisa sahamnya di Central Park Mall pada tahun 2021.

Tetapi Moody’s mengharapkan ketidakpastian seputar penyelesaian tepat waktu kedua penjualan aset, mengingat penerapan Pembatasan Kegiatan Publik (PPKM) Darurat Indonesia, khususnya di kawasan Jawa dan Bali, setelah lonjakan kasus virus corona (Covid-19) di kedua kawasan tersebut.

- Advertisement -

“Kami memperkirakan pendapatan APLN dari properti investasinya tidak berubah pada tahun 2021 dari tahun 2020, tapi pendapatan dari bisnis pengembangannya akan turun secara signifikan jika penjualan aset tidak dijalankan. Dengan demikian, metrik kredit APL akan melemah selama 12-18 bulan ke depan.” kata Moody’s dalam laporannya.

Sebelumnya pada kuartal I tahun ini, APLN mencatatkan penurunan pendapatan yang sangat signifikan. Pendapatan APLN tercatat mencapai Rp 485,44 miliar, ambruk 63% dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,32 triliun.

- Advertisement -

Adapun beban pokok penjualan dan beban langsung berhasil ditekan menjadi Rp 299,84 miliar dari sebelumnya Rp 772,99 miliar. Perseroan bahkan masih bisa mencetak laba kotor Rp 185,60 miliar dari sebelumnya Rp 548,58 miliar.

Hanya saja penurunan pendapatan ditambah dengan beban perusahaan, beserta rugi kurs membuat APLN masih mencetak rugi bersih. Hingga Maret lalu, rugi kurs APLN tercatat mencapai Rp 163,69 miliar kendati berhasil dipangkas dari sebelumnya rugi kurs hingga Rp 1,05 triliun.

Kontribusi penjualan terbesar APLN di Q1 yakni dari pendapatan dari sewa yakni mencapai Rp 177,38 miliar dari sebelumnya Rp 237,84 miliar dan berikutnya penjualan apartemen mencapai Rp 118,55 miliar, meski turun dari Rp 902,19 miliar.

Manajemen APLN, dalam keterangan di laporan keuangan menyatakan pemerintah Indonesia memang mengambil kebijakan PPKM dalam rangka mencegah penyebaran dari pandemi Covid-19.

“Pembatasan ini mengakibatkan perlambatan aktivitas ekonomi global serta mempengaruhi permintaan barang dan jasa. Namun demikian, operasi kami di tahun 2021 menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang ditandai dengan meningkatnya pemanfaatan kapasitas produksi,” tulis manajemen APLN, dikutip Rabu (30/6) lalu.

Manajemen juga telah mempersiapkan sejumlah langkah mitigasi dan manajemen risiko yang diperlukan.

Namun demikian seberapa besar dan luas dampak dari pandemi tersebut terhadap kondisi keuangan, likuiditas dan hasil operasi masa depan perusahaan sulit untuk ditentukan.

“Hasil dari operasi, posisi keuangan, dan likuiditas perusahaan, setidaknya untuk tahun 2021, akan dipengaruhi oleh sejauh mana perkembangan pandemi Covid-19 tersebut,” tulis manajemen APLN.

Tahun lalu, APLN membukukan kinerja yang kurang menggembirakan dengan rugi bersih Rp 136,79 miliar. Jumlah ini lebih dalam alias bengkak 1.479% ketimbang rugi bersih tahun sebelumnya yang sebesar Rp 8,66 miliar. Kendati kembali merugi, penjualan dan pendapatan usaha emiten yang melantai di bursa pada 2010 lalu ini naik 30,69% ke posisi Rp 4,96 triliun per akhir tahun lalu, dari Rp 3,79 triliun pada 2019. (Ade/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini