spot_img
Selasa, April 30, 2024
spot_img

Dolar AS Mengalami Penurunan, Rupiah Menguat Tajam

KNews – Dolar AS mengalami penurunan, rupiah menguat tajam. Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (23/6/2022). Indeks dolar AS yang mengalami penurunan sejak Rabu kemarin membuat rupiah mampu menguat.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melesat 0,27% ke Rp 14.825/US$. Apresiasi rupiah kemudian bertambah menjadi 0,3% pada pukul 9:03 WIB.

- Advertisement -

Penguatan di awal perdagangan ini terbilang tajam jika melihat sejak pekan lalu rupiah selalu mengalami tekanan. Dalam 8 hari perdagangan, rupiah melemah sebanyak 7 kali.

Sebelum perdagangan dibuka, sudah ada indikasi rupiah akan menguat. Pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) lebih kuat ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.

- Advertisement -
PeriodeKurs Rabu (22/6) pukul 15:33 WIB Kurs Kamis (23/6) pukul 8:54 WIB
1 PekanRp14.834,5Rp14.828,5
1 BulanRp14.850,8Rp14.845,5
2 BulanRp14.864,0Rp14.857,5
3 BulanRp14.883,0Rp14.877,7
6 BulanRp14.935,0Rp14.922,2
9 BulanRp14.995,0Rp14.980,5
1 TahunRp15.082,4Rp15.075,5
2 TahunRp15.430,0Rp15.533,0

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula.

Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

- Advertisement -

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Indeks dolar AS kemarin tercatat menurun 0,23%, dan masih berlanjut 0,05% pagi ini.

Penurunan indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini terjadi setelah ketua The Fed, Jerome Powell memberikan testimoninya di hadapan Kongres AS.

Powell menegaskan komitmen kuat The Fed untuk menurunkan inflasi, dan yakin instrument moneter yang digunakan bisa melakukan itu. Artinya, The Fed akan tetap pada jalurnya menaikkan suku bunga secara agresif, dan resesi mungkin akan terjadi.

Iya juga menyatakan suku bunga akan terus dinaikkan, tetapi kenaikan selanjutnya akan tergantung dari data ekonomi terbaru khususnya inflasi, serta outlook perekonomian.

Artinya, pada bulan depan The Fed belum tentu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi seperti yang dilakukan pekan lalu.

Sementara itu dari dalam negeri Bank Indonesia (BI) menjadi perhatian utama, ada sinyal kuat suku bunga masih akan ditahan.

Gubernur BI Perry Warjiyo akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2022 siang nanti. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan bertahan di 3,5%. Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

Bila BI nantinya memang tetap mempertahankan BI 7-DRRR berarti suku bunga acuan sebesar 3,5% akan bertahan selama 16 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Perry juga memberikan sinyal tidak ada kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Arah kebijakan suku bunga masih tertuju mendorong perekonomian.

“Kebijakan moneter akan terus pro-stability. Dengan inflasi yang rendah, kita tidak perlu terburu-buru untuk menaikkan suku bunga,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Bank Dunia, Rabu (22/6/2022).

Meski demikian, pelaku pasar akan melihat bagaimana respon BI terhadap kebijakan terbaru bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. (RKZ/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini