spot_img
Rabu, Oktober 22, 2025
spot_img
spot_img

Rumah Prabowo Dipenuhi Karangan Bunga Sindiran soal Rokok Murah dan Gizi Rakyat

KNews.id – Jakarta – Sejumlah karangan bunga membanjiri kediaman Presiden Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (21/10/2025).

Karangan bunga tersebut muncul untuk menandai satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

- Advertisement -

Namun, tulisan dalam karangan bunga yang terpajang bukan ucapan selamat, melainkan kritik pedas atas murahnya harga rokok dan mandeknya implementasi kebijakan pengendalian tembakau dalam PP 28 Tahun 2024.

Berdasarkan foto-foto yang diterima Kompas.com, karangan bunga tersebut bertuliskan “Sembako makin mahal, rokok makin murah”, “Rakyat butuh gizi, bukan rokok” hingga “Muhalkan rokok, murahkan sembako”.

- Advertisement -

Beberapa karangan bunga itu mengatasnamakan “Ibu 2 Korban Asap Rokok”, “Guru UKS”, “Kami yang Berharap Sehat”, “Rakyat biasa”, dan lain-lain.

Karangan bunga itu berasal dari Komunitas Save Our Surrounding (SOS) sebagai bentuk desakan agar pemerintah menegakkan kebijakan Cukai Hasil Tembakau (CHT) serta kebijakan pengendalian konsumsi lain yang berpihak pada kesehatan masyarakat.

Ketua Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI), Aryana Satrya, menyebut karangan bunga itu sebagai sindiran terhadap mandeknya sejumlah kebijakan pengendalian tembakau, di antaranya tidak naiknya cukai rokok dan terhambatnya implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Kesehatan karena aturan teknisnya belum disahkan.

“Dari sisi fiskal kami menyoroti harga rokok yang murah, baik legal maupun ilegal, membuat perokok tidak dapat mengerem candu rokoknya. Itu membuat banyak keluarga kehilangan penghasilan untuk kebutuhan dasar seperti makan dan pendidikan,” kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa.

“Maka harusnya bukan saja rokok ilegal yang diberantas tetapi juga harusnya rokok legal dibuat semahal mungkin, sehingga perokok jadi membatasi rokoknya, syukur kalau bisa sadar dan berhenti merokok “ tegas dia.

Menurut Survei Kesehatan Indonesia 2023, jumlah perokok anak di Indonesia mencapai lebih dari 5,9 juta jiwa. Rendahnya harga rokok menjadi salah satu faktor utama tingginya konsumsi sejak dini.

- Advertisement -

Riset CISDI 2023 menemukan bahwa remaja masih bisa membeli rokok di kios-kios dekat sekolah dengan harga yang sangat terjangkau.

Kebiasaan membeli rokok secara berulang membuat remaja akhirnya mengeluarkan uang antara Rp 30.000 hingga Rp 200.000.

Padahal, survei Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) menunjukkan bahwa 74 persen perokok menyatakan akan berhenti merokok jika harga rokok mencapai Rp 70.000 per bungkus.

Aryana menyampaikan, satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran seharusnya menjadi momentum untuk meninjau ulang arah kebijakan publik, termasuk menerapkan aturan turunan dari PP 28 Tahun 2024.

Peraturan Pemerintah ini melarang iklan, promosi, sponsor, dan penjualan rokok eceran, tetapi lebih dari setahun sejak disahkan, implementasinya belum terlihat.

Rokok masih dibanjiri promosi melalui acara musik, olahraga, dan kolaborasi kreatif dengan figur publik, sementara di media sosial, pemasaran terselubung menormalisasi konsumsi rokok di kalangan remaja.

“Tanpa pengawasan tegas dan keberanian menindak pelanggaran, PP 28 hanya menjadi simbol kosong yang gagal melindungi generasi muda dan keluarga pra-sejahtera,” tegas Aryana.

(NS/KMP)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini