spot_img
Sabtu, Oktober 4, 2025
spot_img
spot_img

6 Gejala Stres yang Terlihat di Tubuh: Dari Nyeri Otot hingga Masalah Pencernaan

KNews.id – Jakarta – Saat mengalami stres, hormon yang berkaitan dengan stres seperti adrenalin dan kortisol mengaktifkan mode “fight or flight” sebagai respons atas tekanan yang muncul. Karena hormon tersebut memengaruhi banyak sistem dalam tubuh, alhasil berbagai gejala akan muncul.

Bukan hanya sakit kepala karena terlalu banyak pikiran, gelisah, atau perasaan mudah tersinggung yang umum muncul, gejala seperti perut kembung, sakit punggung, bahkan nyeri ulu ati pun bisa menjadi sinyal tubuh mengalami stres.

- Advertisement -

Dilansir dari The Sydney Morning Herald, psikolog klinis Black Dog Institute, sebuah lembaga penelitian kesehatan mental yang terkait dengan NSW University, Kayle Steele mengatakan bahwa stres memiliki dampak yang luas bagi tubuh dan pikiran.

“Kita memiliki reseptor kortisol di otak, usus, otot, kulit, dan sistem kardiovaskular – yang membantu menjelaskan mengapa stres memiliki dampak yang begitu luas pada tubuh dan pikiran,” katanya.

- Advertisement -

Selain itu, perbedaan respons tubuh terhadap stres bisa berbeda dikarenakan setiap orang memiliki susunan genetik, kesehatan fisik dan mental, serta riwayat hidup masing-masing.

Steele mengatakan bahwa stres merupakan hal yang normal, tapi jika terjadi secara intens dan berkelanjutan, stres dapat berpengaruh buruk pada kesehatan fisik dan mental.

1. Pelupa dan Sulit Fokus

Ketika mengalami stres, tubuh mungkin akan mengirimkan sinyal berupa sulit fokus dan sulit untuk mengingat sesuatu. Menurut Steele, hal tersebut dikarenakan, stres yang kronis bisa mengganggu area otak yang berfungsi untuk pembelajaran, memori, dan kontrol eksekutif.

“Stres dapat memengaruhi pembelajaran, mengingat informasi, pengambilan keputusan, dan perpindahan dari satu tugas ke tugas lainnya,” ungkapnya.

2. Batuk Pilek

Steele mengatakan, stres akan sangat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rentan terkena penyakit pilek dan infeksi virus umum lainnya. Bahkan, stres juga bisa memengaruhi proses penyembuhan luka, menjadikannya lebih lama.

- Advertisement -

“Seiring waktu, stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan respons peradangan kronis tingkat rendah dan ini dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan termasuk penyakit kardiovaskular, gangguan pencernaan, dan asma, bahkan mempercepat penuaan,” jelasnya.

3. Nyeri Punggung Bawah, Leher, Bahu, atau Rahang

Menurut Steele, respons “fight or flight” yang aktif saat sedang stres membuat otot-otot di tubuh, terutama leher, bahu, punggung, dan rahang otomatis akan menegang, mempersiapkan tubuh untuk beraksi melawan tekanan.

Steele mengatakan, jika stres menjadi kronis dan bekerpanjangan, ketegangan otot yang berkelanutan ini bisa menyebabkan kekakuan otot, nyeri, dan kejang.

“Stres juga dapat mengubah postur tubuh, menyebabkan ketidakseimbangan dan ketegangan otot, dan stres kronis juga dapat memperburuk persepsi kita terhadap nyeri di area yang sudah rentang,” ujarnya.

4. Masalah Usus

Steele mengungkapkan, stres bisa menjadi salah satu penyebab munculnya gejala seperti diare dan perut kembung. Hal tersebut disebabkan oleh komunikasi dua arah antara usus dan otak – disebut sebagai sumbu usus-otak.

Artinya, peningkatan stres bisa menyebabkan perubahan usus yang dapat menyebabkan kembung, diare, sembelit, atau sakit perut.

5. Makan Terlalu Banyak atau Terlalu Sedikit

Menurut psikolog klinis sekaligus manajer Butterfly Foundation National Helpline, Sarah Cox, bagi sebagian orang stres dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Sementara, sebagian lainnya, stres bisa merangsang nafsu makan, memicu keinginan untuk makan makanan manis dan padat energi.

Cox mengatakan, stres jangka panjang juga bisa menganggu sinyal lapar dan kenyang alami. Sebagian orang juga cenderung mencari makanan sebagai pelarian untuk menenangkan diri saat menghadapi stres penuhi emosi yang tidak nyaman.

“Ketika stres berkepanjangan, perubahan pola makan akibat stres dapat menjadi kebiasaan dna mengakar, yang dapat meningkatkan risiko berkembangnya gangguan makan,” ujarnya.

6. Menggertakan Gigi

Menggertakan gigi atau disebut juga dengan bruxism, bukan hanya dapat merusak gigi, tetapi juga dapat menyebabkan rasa sakit kepala atau nyeri leher.

Menurut promotor kesehatan mulut di Australian Dental Association, Monica Farrelly, Stres hanya salah satu penyebab masalah ini, dokter gigi juga tidak bisa langsung mendiagnosis gejala ini disebabkan oleh stres.

“Ini dapat terjadi saat terjaga atau tidur dan seringkali merupakan suatu yang tidak kita sadari,” kata Farelly.

(NS/LPT)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini