spot_img

Tiga Poros Koalisi dan Tokoh dengan Elektabilitas Teratas di Pilgub Jakarta Menurut Survei

KNews.id – JAKARTA – Lembaga survei Proximity Indonesia merilis hasil survei mengenai tokoh-tokoh yang berpeluang maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024. Hasil survei melaporkan setidaknya per Mei 2024 ada tiga poros koalisi yang terbangun di Pilkada Jakarta 2024.

“Ada kemungkinan tiga poros koalisi yang akan terbentuk dalam Pemilihan Gubernur Jakarta nanti pada November,” kata CEO Proximity Indonesia Whima Edy Nugroho dalam konferensi pers rilis survei bertajuk ‘Peta Politik Menuju Pemilihan Gubernur Jakarta 2024’ di kawasan Petamburan, Jakarta.

- Advertisement -

Whima menuturkan, poros pertama yakni akan terbentuk dari parpol-parpol dari Koalisi Indonesia Maju (KIM). Parpol-parpol KIM yakni diantaranya Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, dan Partai Demokrat, berkemungkinan akan mencalonkan salah satu kandidatnya sebagai gubernur atau wakil gubernur.

“Kalau berdasarkan pada survei kami di antara partai politik yang tergabung pada KIM kandidat paling kuat adalah Ridwan Kamil. Mungkin dia akan berpasangan dengan kandidat yang berasal dari parpol di KIM, bisa berasal dari Partai Gerindra, misalnya Ahmad Riza Patria atau Budisatrio Djiwandono,” bebernya.

- Advertisement -

Lantas, poros kedua yakni muncul dari pemenang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 di DPRD Jakarta, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS diketahui mendapatkan kursi paling banyak di DPRD Jakarta dalam gelaran Pileg 2024 sebanyak 18 kursi, namun jumlah kursi itu masih kurang sehingga mesti berkoalisi dengan partai lain.

“PKS sebagai pemenang pemilu di DPRD Jakarta kemungkinan mempunyai kandidat tersendiri. Dari beberapa nama yang muncul, kemungkinan nama Anies Baswedan masih menjadi salah satu kandidat kuat yang akan dicalonkan oleh PKS,” tuturnya.

Menurut analisisnya, PKS kemungkinan melakukan koalisi dengan partai-partai yang sebelumnya tergabung dalam Koalisi Perubahan di Pilpres 2024.

“Kemungkinan PKS bisa berkoalisi dengan Nasdem. Bisa jadi Anies akan menggandeng tokoh dari partai Nasdem, yang berdasarkan survei ternyata yang paling kuat adalah Ahmad Sahroni. Jadi kalau misalnya Anies dengan Ahmad Sahroni bergabung sebagai satu paslon mereka memiliki kemungkinan untuk memenangkan kontestasi karena posisinya mereka saat ini tertinggi baik di cagub maupun cawagub,” terang Whima.

Selanjutnya, poros ketiga yakni dibentuk oleh PDIP. Sebagai partai peringkat kedua di Pileg DPRD Jakarta dengan jumlah kursi sebanyak 15 kursi, PDIP berkemungkinan mengupayakan mencalonkan kandidatnya sendiri untuk maju di Pilkada Jakarta.

“Berdasarkan survei kami, nama yang paling kuat saat ini tetap Basuki Thahaja Purnama atau Ahok, walaupun muncul nama-nama yang lain tapi di survei kami nama Ahok masih yang tertinggi. Jadi nantinya mungkin PDIP akan menggandeng beberapa partai lain, kalau dulu dia bisa mencalonkan sendiri saat ini kan dia enggak bisa mencalonkan sendiri harus berkoalisi,” terangnya.

- Advertisement -

Whima melanjutkan, menurut analisisnya, PDIP bisa jadi melakukan koalisi dengan partai di Koalisi Perubahan, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

“Mungkin ada kemungkinan PDIP bergabung dengan PKB dengan mengusung Ahok dan Ida Fauziyah atau Ahok dengan kader PKB lainnya misalnya. Atau mungkin ditambah lagi dengan PPP ke Perindo yang selama ini sudah bergabung di non pemerintah atau koalisi di luar koalisi indonesia maju,” tuturnya.

“Jadi ada kemungkinan tiga poros ini akan terbentuk pada 2024 nanti di DKI. Jadi itu mungkin salah satu hasil survei kami yang mgkin sangat diinginkan oleh warga Jakarta,” tutupnya.

Proximity Indonesia juga merilis survei mengenai elektabilitas para calon gubernur dan calon wakil gubernur yang berpotensi maju di Pilkada Jakarta 2024. Nama Anies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dan Ridwan Kamil berada di urutan teratas.

Whima menjelaskan, pihaknya melakukan survei tersebut pada 16-25 Mei 2024 dengan responden sebanyak 800 orang. Sampel tersebar secara proporsional pada 80 kelurahan di Jakarta. Adapun metode yang digunakan adalah acak bertingkat dengan tingkat kesalahan atau margin of error +-3,46 dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Ada sebanyak 21 tokoh yang ditanyakan dalam pertanyaan tertutup kepada para responden. Anies Baswedan merupakan tokoh yang paling tinggi elektabilitasnya dalam survei tersebut.

“Anies Baswedan menjadi tokoh yang paling banyak dikenal dengan 95,80 persen, Basuki Thahaja Purnama atau Ahok 95,30 persen, Ridwan Kamil 92,10 persen, Eko Patrio 86,40 persen, dan Ahmad Sahroni 80 persen,” kata Whima.

Kemudian, nama Eko Patrio dengan 86,40 persen dan Ahmad Sahroni dengan 80 persen. Sementara tokoh-tokoh lainnya mendapatkan presentase di bawah 80 persen.

“Pada pertanyaan terbuka atau top of mind, tokoh atau sosok yang akan maju menjadi bakal calon Gubernur Jakarta, nama Anies Baswedan unggul dengan 20 persen, Basuki Thahaja Purnama atau Ahok 14,7 persen, dan Ridwan Kamil 13,6 persen. Sementara tokoh lainnya mendapatkan persentase di bawah 10 persen,” terangnya.

Lalu, temuan pada pertanyaan terbuka selanjutnya yakni perihal pilihan responden untuk sosok yang didukung sebagai gubernur Jakarta mendatang.

“Temuan menunjukkan Anies Baswedan memperoleh angka 18,50 persen, disusul Basuki Thahaja Purnama atau Ahok 14 persen, dan Ridwan Kamil 12,50 persen. Adapun tokoh lainnya mendapatkan persentase di bawah 5 persen.

Whima melanjutkan, pada pertanyaan tertutup mengenai dukungan terhadap 21 tokoh untuk menjadi gubernur Jakarta mendatang, saat nama-nama tokoh ditanyakan satu per satu kepada responden, nama Anies Baswedan pun unggul dengan skor 35,50 persen. Lalu Ahok 26,40 persen, dan Ridwan Kamil 18,10 persen.

“Pada pertanyaan tertutup simulasi untuk pilihan gubernur Jakarta, dari 13 tokoh yang ditanyakan Anies Baswedan menjadi tokoh yang paling diharapkan sebagai Gubernur Jakarta 2024 dengan persentase 39,40 persen. Kemudian untuk simulasi elektabilitas sembilan tokoh, Anies Baswedan tetap unggul dengan 38,10 persen,” jelasnya.

Sebelumnya, Anies Baswedan mengaku, sedang mempertimbangkan tawaran dari sejumlah parpol yang melamarnya untuk maju lagi pada Pilgub Jakarta 2024. Anies diketahui sempat menyatakan ingin rehat dari dunia politik.

“Memang saya mendapatkan undangan dari partai-partai politik, ditawarkan diminta untuk dicalonkan menjadi gubernur. Saat ini saya sedang mempertimbangkan apakah kembali atau tidak, jadi sedang mempertimbangkan,” kata Anies dalam acara halal bihalal bersama Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) di Kampung Marlina, Kelurahan Muara Baru, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 tersebut merasa, saat ini, masih bimbang untuk kembali berkontestasi meraih kursi Jakarta 1. Anies tidak menyampaikan kebimbangan yang dirasakannya. Meski begitu, ia menekankan, pertimbangan itu karena warga masih membutuhkannya untuk memimpin Jakarta.

“Saya lagi nimbang nih serius nimbang, kembali apa enggak ya? Kembali apa enggak? Itulah (warga masih butuh) yang sedang dipertimbangkan,” ucap Anies disambut warga dengan seruan ‘kembali’.

Adapun untuk Ahok,  PDI Perjuangan (PDIP) berencana mengusungnya bukan untuk Pilgub DKI Jakarta, melainkan untuk Pilgub Sumatera Utara (Sumut). Hal itu sebelumnya diungkapkan oleh Ketua DPP PDIP Eriko Sotadurga.

“Saya harus jujur, seperti Pak Ahok masih ditarik-tarik juga untuk bisa Sumatera Utara. Nah ini menarik juga,” kata Eriko di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Kamis, pekan lalu. Menurutnya, Sumut yang selama lima tahun terakhir dipimpin oleh Edy Rahmayadi membutuhkan pemimpin baru. Oleh karena itu, nama Ahok coba dimunculkan.

“Karena Sumatera Utara juga perlu perubahan yang mendasar. Nah ini dengan bahasa perubahan, meminjam istilah,” ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa Ahok akan diberi penugasan untuk membantu pemenangan para kader PDI Perjuangan dalam ajang Pilkada 2024. Ahok akan memberikan masukan dalam perancangan kurikulum Sekolah Partai untuk kepala daerah. Sebab, Ahok dinilai sebagai sosok yang sudah berpengalaman.

“Agar best practices dari keberhasilan para kepala daerah PDIP bisa diterapkan ke yang lain,” kata Hasto. Ahok, yang digadang-gadang akan maju di Pilgub Sumut Utara 2024, kemudian mengaku tidak begitu memahami provinsi tersebut. “Saya juga enggak begitu paham Sumut juga, he-he-he,” kata Ahok saat ditemui usai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDIP di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta, Ahad pekan lalu.

Ahok mengatakan bahwa ia dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum membicarakan perihal maju atau tidaknya dia pada Pilkada 2024. Namun, Ahok mengaku ditugaskan untuk membantu PDIP dalam pemenangan pilkada. “Saya sama Ibu (Megawati) enggak pernah ngomongin soal pilkada, cuma ngomongin bantu teman-teman,” ucap Ahok.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun menyebut, ia diberi tugas oleh Megawati untuk berkomunikasi dengan masyarakat.

“Harusnya dalam konsepnya PDI Perjuangan, tidak mungkin ada rakyat, apalagi dia petani, buruh, dan nelayan itu yang terabaikan. Harusnya kita yang di partai ini di struktural: legislatif, eksekutif bisa urusingitu loh. Saya, mungkin, Ibu pengin saya keliling untuk supaya memastikan tidak ada masyarakat yang ada masalah, minta solusi, minta bantuan, enggak sampai, gitu loh. Itu, sih, yang saya tahu,” katanya.

(Zs/Rep)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini