spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

Tidak Perlu Utang, Cadangan Devisa Indonesia Cukup…

KNews.id- Anggota Komisi XI DPR, Anis Byarwati, angkat bicara mengenai pernyataan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indarwati yang telah menerbitkan surat utang senilai 4,3 miliar dolar AS atau setara Rp 68,6 triliun.

Menurutnya, pemerintah tidak harus terburu-buru menerbitkan surat utang global atau global bond dengan tenor yang sangat panjang. Dia prihatin jika generasi penerus Indonesia kelak harus menanggung utang negara bertenor 10, 30, sampai 50 tahun.

“Dari data cadangan devisa Indonesia saat ini masih cukup besar untuk membiayai intervensi Bank Indonesia dalam menstabilisasi nilai tukar rupiah,” kata Anis lewat keterangan tertulisnya.

Anis menguraikan, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 tercatat sebesar 121 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor.

“Yang artinya posisi cadangan devisa ini masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” katanya.

- Advertisement -

“Dari pada menerbitkan global bond, lebih baik menggunakan dana yang ada,” imbuh politisi PKS ini.

Pemerintah per-akhir Februari 2020, kata Anis, masih memiliki uang kas lebih dari Rp 270 triliun, terdiri dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) per akhir 2018 sebesar Rp 175,24 triliun, SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) 2019 sebesar Rp 46,5 triliun, dan SiLPA 2020 (akhir Februari) sebesar Rp 50,13 triliun.

“Atau pemerintah bisa memangkas anggaran proyek-proyek mercusuar yang bisa ditunda,” tutupnya.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati yang mengungkapkan bahwa Indonesia berhasil menerbitkan surat utang dengan denominasi dolar saat pandemi covid-19 atau virus corona mewabah, yang nilainya mencapai 4,3 miliar dolar AS atau Rp 68,6 triliun (kurs Rp 16.000).

- Advertisement -

“Ini adalah penerbitan terbesar dalam US bond dalam sejarah RI. Dan Indonesia juga jadi negara pertama yang menerbitkan sovereign bond sejak pandemic covid-19 terjadi,” kata Sri Mulyani, Selasa (7/4).

“Ini menunjukkan kepercayaan investor dari pengelolaan keuangan negara. Kita memanfaatkan 50 tahun dari preferensi tenor bond jangka panjang cukup kuat,” katanya penuh keyakinan. (Fahad Hasan&DBS)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini