KNews.id – Lembaga PBB yang mengurusi pengungsi Palestina, UNRWA mengibaratkan kondisi Jalur Gaza pada Senin (27/5/2024) bak ‘neraka di dunia’ usai Israel membombardir kamp pengungsian di Rafah, selatan Gaza. Hingga berita ini diturunkan, sedikitnya 45 warga sipil Palestina tewas dalam aksi serangan teranyar Israel dengan dalih memburu pemimpin Hamas.
“Informasi yang datang dari Rafah tentang serangan Israel terhadap para warga yang mencari perlindungan sangat mengerikan,” demikian pernyataan UNRWA. “Dilaporkan korban tewas termasuk dari kalangan anak-anak dan perempuan,” lanjut pernyataan tersebut.
IDF lewat pernyataan resminya mengatakan, tengah mengulas insiden di Rafah di mana serangan yang mereka klaim berhasil menewaskan dua tokoh senior Hamas juga mengakibatkan kebakaran di kamp pengungsian. Berbicara terpisah, Menteri kesehatan Gaza menyatakan, serangan bom IDF menyulut api yang kemudian membakar tenda-tenda dan tempat penampuangan sementara para pengungsi.
Menteri Luar Negeri Qatar lewat pernyataannya pada Senin, mengatakan, serangan ke Rafah dapat mengakibatkan upaya mediasi untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera menjadi rumit. Presiden Prancis Emmanuel Macron pun menyerukan gencatan senjata segera dan “hormati penuh hukum internasional”.
“(Saya) Marah terhadap serangan Israel yang membunuh banyak pengungsi di Rafah,” kata Macron lewat akun media sosialnya. “Operasi ini harus disetop. Tidak ada lagi area aman di Rafah untuk warga sipil Palestina.”
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrel ikut menyoroti serangan Israel ke Rafah pada Senin dan mengatakan bahwa, komunitas internasional menghadapi dilema soal bagaimana cara ‘memaksa implementasi’ putusan Mahkamah Internasional (ICC) pada pekan lalu yang memeritahkan Israel untuk menghentikan serangan di Rafah. ICJ adalah cabang dari PBB tapi tidak memiliki mekanisme paksa atas putusannya.
Otoritas Palestina dan Pemerintah Mesir sama-sama menuduh Israel memang sengaja menargetkan serangan ke pusat pengungsian di Rafah. Mereka mendesak Israel mematuhi putusan ICJ.
“Aksi pembantaian oleh tentara pendudukan Israel adalah tantangan terhadap semua legitimasi resolusi internasional,” ujar Otoritas Palestina lewat pernyataan resminya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah Israel tidak akan meninggalkan Gaza sampai kontrol Hamas di Gaza berakhir. Dia mengatakan, Israel harus mengambil alih Rafah untuk mengeliminasi batalion Hamas sehingga tujuan ‘kemenangan total’ dapat tercapat.
Pada Ahad (26/5/2024), Hamas menyatakan telah meluncurkan serangkaian serangan roket dengan sasaran pusat-pusat kegiatan komersial di Tel Aviv. Roket-roket yang dikirimkan Hamas pada Ahad adalah yang pertama sejak Januari dan diketahui berdasarkan video-video yang beredar di X, beberapa roket sampai di Tel Aviv lantaran sistem Kubah Perisai Israel gagal mengintersep.
Brigade Al-Qassam lewat unggahan di Telegram mengeluarkan pernyataan, mereka menargetkan Tel Aviv, “Dengan bombardir puluhan roket sebagai respons terhadap pembantaian warga sipil oleh Zionis”.
Di tengah serangan Israel terhadap warga Palestina di Rafah, bahan bantuan kemanusiaan dan bahan bakar minyak belakangan berhasil melalui perbatasan Kerem Shalom menuju Gaza. Hal itu dikonfirmasi oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
“Di mana operasi kemanusiaan hampir kolaps, saya menekankan otoritas Israel harus memfasilitasi keamanan penjemputan dan pengiriman bantuan kemanusiaan dari Mesir melalui Kerem Shalom menuju kepada mereka yang membutuhkan,” kata jubir Guterres, Stéphane Dujarric.
Truk-truk pembawa bantuan masuk ke Gaza lewat selatan Israel di bawah perjanjian baru yang mem-bypass perlintasan Rafah yang berbatasan dengan Mesir setelah IDF pada awal Mei merebut dengan paksa sisi Palestina di perlintasan itu. Mesir kemudian menolak membuka kembali sisi mereka sampai Israel menyerahkan kembali wilayah bagian seberang perlintasan Rafah kepada pihak Palestina.
Namun Mesir setuju untuk sementara mengalihkan lalu lintas bantuan dari wilayah mereka menuju Gaza melalui perlintasan Kerem Shalom. Persetujuan itu terjadi setelah perbincangan via telepon antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi.
Perang Israel-Hamas yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 telah membunuh sedikitnya 1.200 warga Israel dan 250 orang disandera. Di sisi Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sedikitnya 36 ribu warga sipil termasuk kombatan terbunuh.