KNews.id- Emiten perbankan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. akan segera merealisasikan hak membeli saham kembali atau buyback tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang sudah disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di tengah fluktuasi harga saham seperti saat ini.
Dengan laba bersih tahun berjalan sepanjang tahun 2019 sebesar Rp15,38 triliun, laba per saham atau earning per share BBNI akan bertambah Rp12 menjadi Rp837 dari semula sebesar Rp825.
Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, bank pelat merah tersebut direncanakan akan menggelontorkan sebanyak-banyaknya Rp1,8 triliun untuk membeli kembali sahamnya yang beredar di pasar dengan dana yang berasal dari kas internal.
Pembelian kembali saham perseroan akan dilakukan secara bertahap untuk periode tiga bulan terhitung sejak tanggal 16 Maret 2020 sampai dengan 15 Juni 2020 yang transaksinya akan dilaksanakan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dengan asumsi perseroan menggunakan kas internal untuk pembelian kembali saham perseroan, maka aset dan ekuitas akan menurun sebesar Rp1,8 triliun.
“Berkenaan dengan transaksi tersebut, maka dampak terhadap biaya operasional Perseroan tidak material, sehingga laba rugi diperkirakan masih sejalan dengan target perseroan,” tulis manajemen melalui keterbukaan informasinya, Jumat (13/3).
Atas hal-hal tersebut, maka perseroan berkeyakinan bahwa pelaksanaan transaksi pembelian kembali saham tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha. Pasalnya, BBNI perseroan memiliki modal dan cash flow yang cukup untuk melaksanakan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usaha.
Seperti yang diketahui, jumlah aset BNI per 31 Desember 2019 mencapai angka Rp845,60 triliun. Jika pembelian saham direalisasikan maka akan terjadi penurunan aset menjadi Rp843,80 triliun. Adapun, total ekuitasnya ikut menurun dari Rp125 triliun menjadi Rp123,2 triliun akibat dari transaksi pembelian saham kembali perseroan tersebut.
Pada perdagangan Jumat (13/3), saham BBNI naik 3,48 persen atau 175 poin menjadi Rp5.200 saat penutupan setelah bergerak di dalam rentang Rp4.680-Rp5.325. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp96,97 triliun. Sepanjang tahun berjalan, harga terkoreksi 33,76 persen, terutama sebulan terakhir melorot 30,9 persen.(Fahad Hasan&DBS)