KNews.id- Google merayakan kelahiran Gabriel García Márquez, atau biasa disapa Gabo. Pria asal Kolombia ini adalah penulis yang sudah melahirkan banyak novel berkelas. Banyak pembaca yang jatuh hati dengan karyanya yang manis, mirip dengan pemerintah kita yang jatuh hati dan tergila-gila dengan gula impor.
Kata masyarakat, “Saking manisnya, kalah deh, gula hasil jerih payah petani kita.”
Kondisi ini, menurut beberapa pengamat tidak dapat dilepaskan dari peran PT Rajawali Nusantara Indonesia (PT RNI), perusahaan yang menjadi harapan pemerintah guna memenuhi kebutuhan gula dalam negeri. Namun sayang, alih-alih jadi tumpuan pemerintah terkait kebutuhan dalam negeri, PT RNI hingga saat ini kinerjanya dinilai masih jauh dari harapan.
Hal ini terlihat dari targetan PT RNI dalam produksi gula, di tahun 2016 misalnya, yang berani ditargetkan PT RNI tidak lebih dari 165 ribu ton. Padahal kebutuhan gula dalam negeri jauh lebih besar, mencapai 2,8 juta ton saat itu.
Fakta lainnya seperti yang terlihat pada data Tim Investigator KA, di tahun yang sama pendapatan PT RNI terus merosot alias minus, mencapai Rp 173,22 miliar. Hal ini karena PT RNI gagal menggenjot kinerja kelompok tebu beserta kelompok perusahaan yang memproduksi tebu.
Untuk dua tahun selanjutnya, 2017 dan 2018, berdasarkan kondisi di atas, diprediksi pencapaian PT RNI tidak jauh berbeda di tengah-tengah kebutuhan gula dalam negeri yang terus membubung tinggi. Pemerintah termasuk masyarakat harus lebih bersabar, karena kehadiran PT RNI hingga saat ini sepertinya belum membawa berkah.
Semoga permasalahan Pemerintah dengan perusahaan pelat merahnya, PT RNI, bukan karena kualat pada para petani tebu yang hingga saat ini seolah dipandang sebelah mata. Mungkin, gara-gara manisnya gula impor.(FT&Tim Investigator KA)