KNews.id- Di tengah lockdown yang diterapkan Negeri “Pizza” untuk melindungi warganya dari wabah virus corona, terdengar kabar terjadinya penjarahan di Italia. Polisi bersenjatakan tongkat dan senjata pun disiagakan untuk melindungi supermaaret di Sisilia, Italia.
Di Italia, virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 sudah menewaskan lebih dari 10.000 orang. Jumlah tersebut setara dengan sepertiga dari total korban meninggal di seluruh dunia. Dilansir AFP Ahad (29/3), wabah virus corona adalah kondisi darurat yang dihadapi Italia sejak Perang Dunia II silam.
Secara perlahan, lockdown yang sudah berlangsung selama tiga pekan itu sudah menggerus ekonomi terbesar ketiga di Uni Eropa tersebut. Rasa putus asa itu dilaporkan mulai dirasakan oleh penduduk di Region Sisilia, salah satu daerah berkembang di Negeri “Pizza”. Berdasarkan pemberitaan harian La Repubblica, sekelompok orang memasuki supermarket di Palermo dan pergi tanpa membayar.
“Kami tidak punya uang untuk membayar. Kami butuh makan.” Begitulah teriakan salah seorang dari kelompok tersebut kepada petugas kasir.
Di kota lain di Sisilia, Corriere della Sera memberitakan pemilik toko kecil ditekan oleh penduduk sekitar untuk memberi makanan. Corriere menulis bahwa “bom waktu” tengah berdetak di region berpopulasi lima juta, dan mencatat 57 korban tewas karena Covid-19. Kekhawatiran disuarakan oleh Giuseppe Provenzano, menteri yang mengurus daerah selatan Italia, kepada harian La Repubblica.
“Saya takut kekhawatiran yang diutarakan masyarakat, kesehatan, pemasukan, hingga masa depan, bakal berubah menjadi kemarahan jika krisis ini terus berlanju,” terangnya.
Jurnalis AFP yang berada di lokasi mengabarkan, empat polisi berpakaian lengkap berjaga di depan salah satu supermarket di Palermo. Mereka berjaga dalam diam di tengah hari hujan, dengan tangan berada di belakang, serta wajah mereka yang tertutup topeng hijau.
Mereka tidak berinteraksi dengan para pengunjung, dengan sikap diam mereka seolah menunjukkan pemerintah masih menguasai situasi. Carmelo Badalamenti, warga setempat yang mendorong troli merah berisi barang belanjaannya, mengecam sikap yang ditunjukkan pelaku.
“Melakukan penjarahan di toko bahan kebutuhan pokok tidak akan menyelesaikan apa pun,” ujar dia.
Di Roma, Perdana Menteri Giuseppe Conte sudah menyadari.
Karena itu, dalam pernyataan yang ditayangkan televisi Sabtu malam (28/3), dia menjanjikan voucher bagi yang tak bisa membeli makanan. “Kami tahu kalian menderita. Tapi negara tetap hadir,” tegas dia.
Roma mengucurkan dana 400 juta euro (Rp 7,2 triliun) untuk program pangan darurat.
India
Belum sampai seminggu lockdown diterapkan di India, kekacauan sudah terjadi di Negeri “Bollywood”. Ditutupnya pabrik-pabrik industri dan pembatasan transportasi umum, membuat sebagian besar pekerja migran terpaksa jalan kaki pulang ke desanya.
Mereka tidak punya cukup uang untuk bertahan hidup, karena upahnya dibayar secara harian. Orang-orang dilarang meninggalkan rumah mereka di bawah tindakan “lockdown total”. Semua bisnis yang tidak penting telah ditutup dan hampir semua pertemuan publik dilarang.
Dilansir BBC, Ahad (29/3), setelah PM India Narendra Modi mengumumkan lockdown, warga di Delhi dan Mumbai mulai berbondong-bondong berbelanja. Mereka memadati toko dan apotek karena khawatir kekurangan pasokan. Orang-orang di India yang cemas mulai memborong bahan pokok. Banyak rak di toko-toko di kota-kota besar New Delhi dan Mumbai kosong.
“Semakin sulit untuk mendapatkan produk,” kata penjual sayuran Mumbai Rafiq Ansari, 35, kepada AFP. “Kita akan menghadapi kekurangan besar di hari-hari mendatang. Dan pada saat yang sama harga juga naik – harga tomat naik lebih dari dua kali lipat,” katanya.
Aksi tersebut pun mendorong Modi untuk memperingatkan bahwa panic buying hanya akan menyebarkan virus Corona. Dia memastikan pasokan di India cukup. Dampak lockdown India turut menerpa seorang suami, yang harus bersepeda sejauh 12 km untuk mengantar istrinya yang terluka. Pria ini menggendong istrinya dari Bharat Nagar ke Kanganwal untuk mengobati luka istrinya akibat kecelakaan kerja.
Pria bernama Devdutt Ram itu mengaku tidak cukup uang untuk membayar ambulans, sehingga memutuskan untuk mengantar sendiri istrinya dengan sepeda. Dilansir dari Aljazeera, sejumlah rumah sakit menyatakan kelangkaan stok masker N-95 dan Alat Pelindung Diri (APD). Rata-rata jumlah tempat tidur rumah sakit di India adalah 0,7 untuk setiap 100.000 orang.
Jauh lebih sedikit dari negara seperti Korea Selatan (6 per 100.000) yang sanggup membendung penyebaran virus. Ventilator (alat bantu pernapasan) di India juga terbatas. Ada hampir 100.000 ventilator, tapi sebagian besar dimiliki rumah sakit swasta dan sudah dipakai pasien dengan penyakit kritis.
Untuk mengatasi kekacauan ini, pemerintah India mengumumkan akan menyuntikkan paket stimulus fiskal sebesar 22,6 miliar dollar AS (sekitar Rp 362 triliun).Dana sebesar ini dialokasikan untuk transfer tunai dan langkah-langkah keamanan pangan. Selain itu juga untuk bantuan ke jutaan orang miskin yang terdampak lockdown nasional India. (Fahad Hasan&AFP&BBC&Aljazeera)