spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Kritik Ucapan Sarkas Prabowo ke Anies, Sekjen Peran-NU: Bagaimana Bisa Dipercaya Memimpin Indonesia?

KNews.id – Sekjen Peran-NU, Mulyadin Permana berpendapat, jika mau jadi orang nomor satu di negeri ini harus dilihat dari segala sisi.

“Dari track recordnya, latar belakang kehidupannya, karirnya, sifat, karakter, moral, dan etikanya baik secara personal maupun di depan publik,” katanya.

- Advertisement -

Hal itu disampaikan oleh Mulyadin mengomentari ucapan sarkas Prabowo Subianto terhadap Anies Baswedan yang baru-baru ini tengah ramai diperbincangkan publik seperti ‘Ndasmu etik’ dan ‘goblok’.

“Jika capaian kinerjanya saja tidak mau dikritisi, bagaimana nanti jadi presiden. Apa mau jadi diktator?,” jelasnya.

- Advertisement -

“Masa lalu boleh punya tinta merah, masih bisa diperbaiki, masih bisa berubah dan dimaafkan. Akan tetapi, karakter mudah marah, cepat tersinggung, dan bicara kasar bagaimana bisa dipercaya untuk memimpin negeri ini,” lanjut kader NU ini.

Ia mengatakan, orang tua saat ini sudah susah-susah mengajarkan anak-anaknya untuk beretika dan punya sopan santun. “Malah calon presiden kita tidak menghargai etika dan kesopanan,” katanya.

- Advertisement -

“Para orang tua dan guru-guru kita di sekolah mengajarkan untuk tidak mengucapkan kata-kata ‘goblok’, ‘ndasmu’, dan lain-lain. Eh, malah Pak Prabowo di depan umum dan ditonton jutaan rakyat mengeluarkan kata-kata kasar seperti itu,” kata dia menyayangkan.

Ia pun menilai, pemimpin yang tak memiliki etika dalam menyampaikan sesuatu, sangat berbahaya. Apa lagi, nantinya jika masyarakat benar-benar mempercayakan negeri ini dipimpin oleh seorang presiden yang sering berkata kasar.

“Mudah emosi, suka marah-marah, dan tidak menghargai etika, bagaimana generasi bangsa kita ke depan? Bukan menjadi Indonesia emas, bisa-bisa jadi comberan semua nanti,” katanya.

Seharusnya, lanjut dia, pemimpin memberikan contoh yang baik. Itu karena, presiden adalah sosok panutan baik dalam tutur kata, tindakan, perbuatan, kinerja, dan segala gerak-geriknya menjadi representasi kolektif bangsa Indonesia.

“Masa kita mau representasi kolektif bangsa kita yang terkenal santun dan ramah adalah sosok yang suka marah-marah dan berkata kasar! Apa kata dunia,” ujarnya. (Zs/Kba)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini