KNews- Ekspansi China di Laut China Selatan dan Samudera Hindia bukan cuma membuat panas Amerika Serikat (AS). Sejumlah negara yang berada di wilayah ini juga mencoba mendobrak dominasi Negeri Tirai Bambu di perairan internasional tersebut.
Sejumlah insiden terjadi di Laut China Selatan sejak awal tahun ini. Menurut data Real Clear Politics, kapal perang Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) mengancam bakal menghancurkan radar kapal Angkatan Laut Filipina (HDP), pada Januari lalu.
Kemudian pada April lalu, sejumlah insiden kontroversial juga dilakukan oleh kapal-kapal China. Dimulai dari aksi kapal Penjaga Pantai (Coast Guard) China, yang menabrak dan menenggelamkan kapal ikan Vietnam.
Lalu, sebuah kapal riset milik pemerintah Tiongkok berlayar melintasi perairan Malaysia secara ilegal. Dan yang terakhir, China menyatakan klaim terhadap dua distrik administratif baru, Distrik Xisha dan Distrik Nasha.
Distrik Nasha terdiri dari wilayah Kepulauan Parcel dan Tepi Macclesfield. Sementara Distrik Nasha meliputi Kepulauan Sparatly, yang juga diklaim Vietnam sebagai wilayah teritorinya.
Respons pun muncul, dari negara kawasan Asia. Jepang dan India salah satunya. Menurut laporan Sputniknews, Angkataan Udara Pasukan Bela Diri Jepang (JASDF) akan melakukan latihan gabungan bersama Angkatan Udara India (IAF).
Koalisi ini terbentuk sebagai reaksi kedua negara untuk melawan dominasi China di Laut China Selatan. Khusus bagi India, dalam dua pekan terakhir negara di kawasan Asia Selatan itu terlibat ketegangan dengan China. Dalam berita sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa ratusan tentara China saling baku tembak di Nakula, perbatasan kedua negara.
“Mengingat pentingnya latihan ini karena akan menjadi latihan pesawat tempur pertama yang diadalak bersama oleh Jepang dan India, para menteri pertahanan kedua negara sepakat untuk melanjutkan koordinasi,” bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Jepang.
Niat Jepang dan India untuk melakukan latihan bersama tercapai setelah komunikasi Menteri Pertahanan Jepang, Taro Kono, dengan Menteri Pertahanan India, Rajinath Singh. (FHD&Reuters)