KNews.id – Syarifah Fadiah, siswi SMP, kembali memicu perdebatan, kali ini menyasar Menteri Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Semua berawal ketika Syarifah Fadiah mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap pemerintah daerah, khususnya Walikota Jambi, Syarif Fasha.
Meskipun usianya masih muda, dia tanpa rasa takut mengkritik tindakan pemerintah, khususnya terkait kasus neneknya dan pencarian keadilannya.
Ucapan Syarifah Fadiah yang blak-blakan menarik perhatian Muhamad Gempa Awaljon Putra, Kepala Departemen Hukum Jambi, yang langsung melaporkannya ke polisi.
Meski Syarifah Fadiah mengeluarkan permintaan maaf, Muhamad Gempa Awaljon Putra tidak mencabut laporan tersebut.
Namun, perkembangan terakhir menunjukkan bahwa Muhamad Gempa Awaljon Putra telah berdamai dengan Syarifah Fadiah, menyarankan penyelesaian perselisihan mereka sebelumnya.
Meski demikian, Syarifah Fadiah kini menemukan dirinya dalam kontroversi baru, kali ini melibatkan Menteri Mahfud MD.
Dalam keterangannya, Mahfud MD mengakui bahwa Syarifah Fadiah memang telah melakukan tuduhan palsu terhadap kepolisian namun kemudian meminta maaf.
Namun, Syarifah Fadiah menegaskan tidak pernah menuduh polisi dan mengklarifikasi bahwa kritiknya ditujukan hanya kepada Pemkot Jambi, bukan kepolisian.
Sebagaimana yang dikutip Bantenraya.co.id dari thread Twitter @dyadyaa2 pada 7 Juni 2023, begini katanya.
“Mohon izin bapak Mahfud MD yang terhormat, saya Syarifah Fadiyah Alkaff perlu di jelaskan keterangan bapak tentang “MEMFITNAH KANTOR POLISI” keterangan tersebut bapak dapat kan darimana? Sementara Syarifah di dalam konten tiktok maupun secara langsung tidak pernah,” tulis Syarifah Fadiyah.
Ada spekulasi bahwa Mahfud MD mungkin telah salah mengartikan informasi yang diberikan oleh bawahannya atau fakta yang mungkin telah diputarbalikkan.
Tampaknya fokus kritik Syarifah Fadiah adalah pada pemerintah daerah daripada kepolisian.
“Memfitnah INSTANSI POLRI, TIDAK PERNAH SEKALI PUN! Syarifah hanya semata mata untuk mencari keadilan nenek Syarifah (nenek Hafsah),” pungkasnya.
Sampai saat ini Syarifah Fadiah menunggu tanggapan dari Mahfud MD terkait kekhawatirannya tersebut, namun belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan.
Situasi tersebut menyoroti ketegangan yang sedang berlangsung antara warga negara yang menyampaikan pendapatnya dan tokoh masyarakat yang mungkin salah menafsirkan atau salah mengartikan kritik tersebut.
Ini berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya komunikasi dan pemahaman yang akurat dalam wacana publik.
Seiring cerita terungkap, masih harus dilihat bagaimana kontroversi ini akan diselesaikan dan apakah akan mendorong pemeriksaan lebih dalam hubungan antara pejabat pemerintah dan hak publik untuk mengungkapkan keluhan mereka.
Karena ini adalah cerita yang berkembang, pembaruan dan klarifikasi lebih lanjut dari semua pihak yang terlibat diperlukan untuk memberikan pemahaman situasi yang lebih komprehensif. (RZ/BR)