KNews.id- Indonesia baru saja memperingati Hari Kemerdekaan ke-76. Momen haru ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengenang jasa para pahlawan. Seperti diketahui, para pahlawan rela berkorban mempertaruhkan nyawa untuk bisa membuat Indonesia merdeka.
Salah satunya yakni Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani. Pahlawan Indonesia ini gugur tertembak di kediamannya. Ahmad Yani ternyata ditembak oleh prajuritnya sendiri. Lantas bagaimana tampang tentara yang menembak Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani?
Tragedi G30S/PKI
Tragedi G30S/PKI akan selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia. Penyiksaan dan pembantaian para pahlawan revolusi memberikan luka mendalam bagi Tanah Air.
Begitu pula yang dirasakan oleh keluarga terdekat, terlebih mereka juga menyaksikan dan mengalami langsung tragedi tersebut.
Salah satu korban kekejaman Partai Komunis Indonesia yakni Jenderal Ahmad Yani. Tragedi ini juga lah yang merenggut nyawa sang Pahlawan Revolusi.
Ditembak Prajuritnya
Sebelum gugur, para prajuritnya datang ke rumah dan mengatakan sang presiden meminta bertemu. Ahmad Yani yang hendak membersihkan diri dan mengganti baju pun dilarang oleh mereka. Mendengar larangan tersebut, Ahmad Yani sempat secara spontan menampar salah satu prajurit hingga jatuh tersungkur bersama senjatanya.
Melihat hal itu, prajurit lainnya yang berdiri di samping Serda Gijadi memintanya untuk menembak. Usai mendapat perintah, Serda Gijadi menembak Ahmad Yani dari belakang setelah menutup pintu hingga meninggal dunia. Sosok yang memberi perintah kepada Serda Gijadi adalah Sersan Satu Raswad.
“Foto adalah foto Sersan dua GIJADI Ketika baru di tangkap,dan di bawa ke rumah Tahanan CPM,” tulisnya dalam keterangan foto
Anaknya Melihat Langsung
“Cuma waktu penembakan memang saya sama Eddy, setelah penembakan itu karena suaranya keras bangun kakak saya semua. Saya masuk ke kamar mau bangunin tetapi yang keluar ibu Juwi duluan, kami kejar mas dari belakang,” sambungnya.
“Diseret sampai luar, dilemparkan sampai ke dalam bis kalau enggak salah. Almarhum itu dilempar ke dalam bis, setelah itu berangkat mereka. Sudah, kami tunggu. Nah waktu kamu kejar sampai di luar di belakang situ, mohon maaf mas saya agak,” ungkap Untung, anak Jenderal Ahmad Yani yang tak bisa menyelesaikan ceritanya karena menahan emosi dan air mata.
Komentar Masyarakat Indonesia
Unggahan tersebut tentu menarik perhatian masyarakat Indonesia. Mereka kembali mengingat sejarah kematian Jenderal Ahmad Yani. Beragam komentar pun membanjiri unggahan tersebut.
“‘Bapak diminta menghadap bapak presiden’,” tulis akun ye_aldi.
“@ye_aldi “Kalo begitu tunggulah!saya mandi dulu,” tulis akun revolusi_bangsa1965.
“@revolusi_bangsa1965 Yang bilang bapak dipanggil presiden untuk segera datang ke istana ucapan itu dilontarkan oleh Sersan Satu Raswad,kemudian pak Yani menjawab”Baiklah saya mau mandi dulu,kemudian dijawabPraka Dokrin “Tidak perlu,kemudian pak Yani berkata”Kalau begitu saya akan Cuci muka dulu dan ganti Pakaian,dan jawab lagi oleh Praka Dokrin “Tidak usah berpakaian,kemudian pak Yani secara spontan langsung memukul praka Dokrin hingga jatuh tersungkur berserta senjatannya dan pak Yani mengatakan Lancang kalian tahu apa kalian,kemudian Sertu Raswad yang berdiri disamping Serda Gijadi untuk menembak pak Yani dari belakang setelah menutup pintu.Sersan Satu Raswadlah yang memberikan perintah kepada Serda Gijadi untuk menembak pak Yani hingga akhirnya meninggal,dan setelah pak yani jatuh yang menyeret kaki pak Yani dari ruang makan hingga keluar rumah menuju halaman rumah dilakukan oleh Praka Tumiran Anggota Cakrabirawa.Kalau ditayangan Film G30/S-PKI Setelah pak yani jatuh tersungkur posisinya dalam keadaan terlentang,kedua tangannya dan kakinya diangkat otomatis kepala dan badan tidak membentur bebatuan yang ada diluar rumah.bisa di bilang dikatakan peristiwa kejadian yang sebenarnya lebih keji dari pada yang ada di Film Pengkhianatan G 30 S/ PKI,” tulis akun hendra.sudrajat.562.
“Sayang karir militer yang cemerlang dari Pak Yani harus berakhir di ujung senapan Sersan Dua Gijadi,” tulis akun bobbysamosir79. (Ade/mrdk)