spot_img
Kamis, Mei 9, 2024
spot_img

Jangan Lengah Dalam Peperangan Melawan Agresor Curang Ingin Gilas Vox Populi Vox Dei

Oleh : Damai Hari Lubis – Pengamat Hukum & Politik

KNews.id – Gejala – gejala kekhawatiran atas perolehan kursi, dari salah satu pihak kontestan pilpres pada pemilu capres 2024, diluar partai koalisi 01, dalam sistim perpolitikan dengan sistim serta gaya kepemimpinan kontemporer , di bawah presiden Jokowi, merupakan fenomena perilaku yang sudah biasa. Dan sebagai mahluk zoon politicon, mereka nampak gunakan pola mimikris, utamanya ketika berada di zona AMIN, oleh karenanya saat kampanye door to door, terpaksa atau memang, sudah terbiasa hipokrit, para tim ses, termasuk para caleg cepat dan tangkas, walau tidak bagian koalisi partai pendukung 01, mereka fasih mengatakan ;
” soal presiden kita pilih AMIN “.

- Advertisement -

Namun deskripsi daripada fenomena kekuatan geo politik ini, nampaknya hampir di semua wilayah provinsi di Tanah Air memang didominasi oleh pasangan AMIN. Sehingga kaum mimikri pun ada banyak dimana – mana.

Sehingga bagaimana pula bisa, jika pendukung 01 Fahri Hamzah ( Partai Gelora ) dan Habiburrahman (Partai Gerindra ), mereka yang tergabung di 02 ber- statemen akan menang 1 putaran, dengan dalil argumentasi cukup ” menonjolkan ketololan’, karena ada bumbu pernyataan publis ” minta dukungan agar 02 menang satu putaran, oleh sebab, negara butuh penghematan keuangan negara dibanding pilpres dalam dua putaran “.

- Advertisement -

Kenapa dalil tolol ? Jika dalihnya ikhlas, cerdas dan beradab, maka kenapa, Gibran awalnya bak malu – malu tahik kucing tuk menjadi Cawapres “, lalu gaduh membuat repot bangsa ini, merekayasa melalui rule breaking ( terobosan hukum ) di MK terhadap batasan usia untuk loloskan dirinya menjadi cawapres ,melalui paman Usman ?

Atau jika mau 02 sekarang pun masih bisa mundur sebagai peserta kontestan pemilu pilpres 2024. Terkait sanksi hukum bisa dilakukan restoratif justice, jika memang niatnya 02 mundur adalah sebuah kemuliaan terlebih faktor kedekatan emosional ( subjektifitas ) antara Bawaslu, KPU dan Jokowi ( 02 ).

- Advertisement -

Terkait keyakinan 02 dapat memenangkan pilpres satu putaran, maka muncul pertanyaan aneh namun logis, ” kemana massa PKS , Nasdem dan PKB. Dan wabilkhusus partai ummat “,? yang kemungkinan besar, Partai Ummat dibawah kepemimpinan Amin Rais, yang nota bene adalah gerbang suara dari para konstituen eks pemilih mayoritas PAN yang setia, yang inginkan lahirnya perubahan, diyakini para konstituen klasiknya, akan melewati bendera PAN lalu berlabuh di partai ummat serta menjatuhkan pilihannya ke Pasangan 01.

Dan perspektif sifat hakekatnya manusia, darimana pun asal kelompoknya, namun jika pro ke sistim perubahan, dalam makna hasrat kuat tuk berubah dari perilaku bodoh dan dzalim kepada perilaku baik, santun serta beradab, maka manusiawi ” jika mereka otomatis menjauh dari identitas perilaku bodoh dan dzalim, serta lari dari cermin wujud tindak kekerasan, pola cekik, tampar dan bakal resiko penculikan serta pornografi “.

Maka masyarakat nalar sehat, jangan sampai termakan metode daripada pola background believe, yakni metode psikologis yang ditanamkan di kepala masyarakat bangsa ini lintas SARA melalui, polling tim surveyor ” profesional berbayar tinggi “, bahwa pasangan 01 akan menang dalam satu putaran. Sehingga atas psywar curang, ini akan menjadi faktor pelemahan semangat juang bagi yang miskin jiwa ( wahn-isme ). Maka mereka ingin agresi melalui psywar opini polling rekayasa dapat mengalahkan kekuatan yang katanya suara rakyat suara Tuhan ( vox populi vox dei ).

Maka kekeliruan perspektif yang dapat mengikis jiwa istiqomah, atau menerbitkan inkonsistensi, aus kepercayaan diri, harus segera bangkit, menjadikan lawan utama isu negatif menang satu putaran.

Terlebih justru setelah mendapat asupan asumsi geo politik dan dari dinamika diskursus politik yang amoral, segera memacu dan terpacu semangat enerji perjuangan, selain tetap tanamkan kewajiban amar makruf nahi munkar, demi perubahan pemimpin dan karakteristik semua sistim ekopolhukam serta adab dan moral. Lalu tetap berprinsip soal menang dan kalah adalah resiko dan hak absolut Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sehingga butuh one ticket yang sulit tuk dapatkan figur kandidat tipikal Anies Baswedan, sehingga tiada lain pada kesempatan langka dalam pilpres 2024 ini, ummat absolut harus semakin super radikal, demi melawan kecurangan dengan gejala diskursus atau perilaku politik ” luar biasa ekstrim” sehingga juga memiliki kekuatan dan kebulatan tekad, karena nasib masa lalu para pecundang, ber- ketergantungan pada sistem dan moral kepemimpinan dengan karakteristik kontemporer sehingga, eksistensi sistim yang ada kini, mesti berkelanjutan

Sehingga konklusi, demi melawan dan mengalahkan tendensi opini menang satu putaran, yang hanya sekedar penetrasi logika berpikir, melalui pressure moral dengan bukti hasil rekayasa tim surveyor abal – abal bakul nasi plus segenggam.emas, yang polling nya selalu 02 diatas 50 %, maka perlawanan terhadap opini opini sesat dari pihak pihak yang tak jelas, sehingga background believe tersebut atau pola penanaman psikis yang bertujuan melahirkan kristalisasi kepercayaan publik terhadap segala kebohongan mereka yang terus menerus, sehingga berharap suara perolehan pilpres dipercaya walau perolehannya melalui kecurangan yang TSM/ Terstruktur, Sistematis dan Masiv, dan gejala gejala kecurangan para bandit tersebut tidak apriori, memang eksistensi riil di Taipei, maupun 1, 2 juta suara bodong yang diakui oleh KPU. dari sejumlah 54 juta kecurangan yang ditengarai publik berdasarkan big data dam sudah dihantarkan kepada KPU. Melalui kelompok TPUA/ Tim Pembela Ulama & Aktivis serta komponen yang senyawa dalam giat juang, yaitu KORLABI/ Koordinator Pelaporan Bela Islam dan AAB/ Aliansi Anak Bangsa, beberapa hari yang lalu.

Oleh karenanya, gejala gejala tendensi opini melalui surveyor bakul nasi plus benda berharga, yang tranparansi diakui oleh KPU. Namun tak jelas proses hukum dari bawaslu maupun aparatur hukum yang berwenang lainnya ( Gakkumdu ), harus diantisipasi dengan pola wajib meningkatkan gerilya kemenangan AMIN melalui narasi – narasi positif yang membangun, termasuk pendapat para ahli, atau pakar dari berbagai disiplin ilmu pro 01, ( bukan suara netral namun mengganggu ), lalu meng- sharenya melalui jejaring sosial, termasuk himbauan para ulama bagi kemenangan AMIN agar semakin gas pol sebar melalui berbagai media sosial, WA. Twitter, tictoc , Instagram, serta telegram dan dengan pola lainnya yang konstitusional vide UU. ITE, termasuk pola silaturahim door to door, sambil sebarkan informasi positif termasuk gerak juang aksi para aktivis di jalan dan ruang terbuka, maupun giat juang litigasi yang telah dilakukan di lembaga peradilan dan sampaikan tentang karakter atau attitude negatif leadership semua para bakal calon, dengan dasar data empirik, bukan fitnah, karena bakal lawan yang jatidirinya adalah pejabat publik dan kembali bakal menjadi pejabat publik, dilarang memiliki perilaku yang amoral, sampaikan informasi secara jujur dan transparansi serta akuntabel.

Maka jika informasi disampaikan dengan menjunjung tinggi objektivitas, hal dan hak yang sah, sesuai merujuk sistim Keterbukaan Informasi Publik, serta dipayungi banyak sistim hukum, karena dirujuk oleh ketentuan norma hukum, ” peran serta masyarakat serta halal diimplementasikan, karena dilindungi oleh sistim hukum Kebebasan Menyampaikan Pendapat individualis maupun kolektif serta dilindungi oleh hukum terkait HAM “.

Sehingga dari sisi juridis, hal penyampaian tentang kepribadian pejabat publik dan atau bakal pejabat publik merupakan hak konstitusional selain dan terlebih oleh sebab, substantif atau hakekat pilpres adalah mencari sosok leadership yang sanggup mengurus dan memikul beban bangsa ini secara jujur, adil dan benar, juga dituntut taat dalam beragama ( Sholeh ) vide Persyaratan Calon Presiden dan Calon Wakil presiden.

Pasal 169 UU. Nomor 7 Tahun 2017, adalah :

a. bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa;
( Apa makna bertakwa ? Menjalankan ibadah sesuai agamanya, meninggalkan laranganNya, tidak hobi berbohong dan tanpa jejak kriminal )

J. tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

( Tidak hobi berbohong, tidak gunakan ijasah palsu )

Kemudian lainnya tentunya kumulatif jatidiri sebagai bakal presiden, selain harus memiliki jejak rekam ( biografi ) bagus dan tidak terduga atau terpapar tindak kriminal, memiliki jiwa leadership, pintar serta level kecerdasan yang mumpuni, tentu tidak berada di bawah level pemimpin sebelumnya.

Sehingga konklusi terpenting, dapatkan kemenangan suara, lalu kawal kemenangan yang akan dan telah didapat kan pra dan pasca pemilu capres – cawapres dengan semestinya, jika perlu ikuti saran Rocky Gerung jangan mata berkedip, awasi petugas yang ditengarai akan melakukan kecurangan terhadap suara kemenangan yang dimulai dengan berbagai aksi polling yang tidak jelas atau bahkan jauh dari validitas.

Insya Allah justru AMIN yang memenangkan CUKUP DENGAN SATU PUTARAN.”

(Zs/NRS)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini