spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

Inilah Lima Fakta Gereja Unifikasi yang Terseret Kasus Shinzo Abe

KNews – Inilah lima fakta gereja unifikasi yang terseret kasus Shinzo Abe. Gereja Unifikasi menjadi sorotan setelah pembunuh Shinzo Abe, Tetsuya Yamagami, mengaku menembak mati eks perdana menteri Jepang itu lantaran terkait sekte tersebut.

Yamagami mengaku hidupnya menjadi susah setelah sang ibu mendonasikan sebagian besar harta keluarganya pada Gereja Unifikasi hingga menjadi bangkrut.

- Advertisement -

“Keluarga kami bergabung dengan [organisasi] keagamaan tersebut dan hidup kami menjadi lebih sulit setelah mendonasikan uang ke organisasi itu,” tutur Yamagami kepada penyelidik pada Jumat (8/7), dikutip dari Asahi Shimbun.

“Saya ingin menargetkan pejabat tinggi organisasi itu, tetapi sulit. Jadi, saya menargetkan Abe karena saya percaya dia terlibat [dalam organisasi itu]. Saya ingin membunuhnya,” kata Yamagami lagi.

- Advertisement -

Gereja yang juga dikenal sebagai Federasi Keluarga untuk Perdamaian Dunia dan Unifikasi mengonfirmasi ibu Yamagami merupakan anggota organisasinya.

Kabar itu disampaikan oleh presiden organisasi tersebut, Tomihiro Tanaka. Berikut lima fakta terkait Gereja Unifikasi:

- Advertisement -

1. Siapa Pendirinya?

Gereja Unifikasi dididirkan pada 1954 oleh Moon Sun-myung yang mengaku sebagai mesias. Lahir pada 1920 di Chongju Korea Utara, Moon dibesarkan di gereja protestan Presbyterian.

Keluarga Moon pindah agama Kristen ketika dia kecil. Moon juga sempat mengenyam pendidikan teknik di sebuah SMA di Tokyo.

Di usia 15 tahun, Moon mengaku mendapat ilham dari Yesus yang memintanya membantu menyelesaikan misi di bumi, seperti dikutip Japan Times.

Pada 1947, Moon dihukum oleh pemerintah Korut karena dituduh menjadi mata-mata bagi Korea Selatan. Ia lantas dijatuhi hukuman lima tahun untuk dikirim ke kamp kerja paksa Hungnam.

Namun, Moon dan tahanan lainnya akhirnya dibebaskan oleh pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat pada 1950 saat Perang Korea pecah.

Moon lantas merantau ke Korsel dan mendirikan Gereja Unifikasi. Sejak itu, ia dikenal sebagai salah satu pemuka agama.

Moon disebut fasih berbicara bahasa Jepang. Ia meluncurkan kampanye politik anti-komunikasi pada akhir 1960-an, pun membangun relasi dengan politikus Negeri Matahari Terbit.

Moon sempat pindah ke AS sekitar 1970. Dia pernah dituduh menghindari pajak dan dinyatakan bersalah pada 1981. Moon pun dipenjara selama 11 bulan.

2. Anggota Gereja Unifikasi

Anggota Gereja Unifikasi kerap disebut pemersatu atau “Moonies” yang diambil dari nama sang pendiri.

Di awal kemunculan gereja, perekrutan pengikut terbilang cepat hingga pertumbuhan keanggotaan sekte itu membengkak dari semula hanya terdiri dari 100 misionaris di awal berdiri menjadi sekitar 10.000 dalam beberapa tahun saja.

Hingga saat kematian Moon pada 2012, gereja yang ajarannya diklaim berdasarkan pada Alkitab dengan interpretasi baru itu, mengklaim telah memiliki sekitar tiga juta pengikut.

Namun, dikutip AFP, beberapa ahli mengatakan keanggotaan Gereja Unifikasi telah turun tajam dari puncaknya pada 1980-an menjadi beberapa ratus ribu saja.

Sementara itu, Gereja Unifikasi cabang Jepang didirikan pada 1959 ketika gereja mengirim misionaris ke Jepang dan Amerika Serikat pada akhir 1950-an, membina anggota yang berpikiran bisnis.

Dikutip The Straits Times, saat ini Gereja Unifikasi diperkirakan hanya memiliki 300 ribu pengikut di Jepang dan 200 ribu pengikut di Korea Selatan.

3. Ajarkan konsep ‘Taaruf’

Gereja Unifikasi terkenal akibat sejumlah ajarannya yang nyentrik, salah satunya konsep menjodohkan para pengikutnya di momen pertama bertemu dan menikahkan mereka secara massal.

Menurut Moon, dunia dibuat dengan dua sifat Tuhan, yang direfleksikan dalam dua ekspresi kehidupan, yakni Sung Sang (sebab, maskulin) dan Hyung Sang (akibat, feminim). Ia menilai tujuan penciptaan manusia adalah untuk menjalanikesenangan dalam mencintai.

Moon lantas menilai Yesus masih belum menyelesaikan rencana Tuhan karena ia tidak menikah. Moon kemudian mengajak pengikutnya untuk berpartisipasi dalam tujuan Tuhan tersebut.

Para pengikut Moon percaya mereka bisa membantu membangun Kerajaan Tuhan di Bumi dengan menerima berkat pernikahan mereka di acara pernikahan massal yang dilangsungkan gerakan itu.

Gereja itu kerap melangsungkan acara kawin massal dengan menikahkan ribuan pasangan dalam satu waktu.

Pernikahan massal yang disebut Moonies sebagai “Upacara Pemberkatan” pertama kali digelar di Korsel pada 1992 dengan 200 ribu pengikut. Sejumlah figur publik seperti bintang pop Jepang, Junki Sakurada, dan pesenam Olimpiade, Hiroko Yamasaki, ikut pernikahan massal tersebut.

Mayoritas pengantin perempuan berasal dari Jepang.

Gereja Unifikasi juga sempat menjadi kontroversi lantaran menggelar pernikahan massal di musim dingin Februari 2020 di Korsel. Padahal, saat itu dunia tengah dirundung pandemi Covid-19.

Saat itu, pernikahan massal diikuti 6.000 pasangan. Banyak dari mereka berasal dari berbagai negara di dunia hanya untuk bertemu dengan calon pasangan sehidup semati untuk pertama kali langsung di hari pernikahan mereka.

4. Kontroversi hingga Dituduh Tukang Palak

Tak sedikit orang dan pihak yang menentang praktik Gereja Unifikasi lantaran dianggap sesat.

Seperti klaim Yamagami, para anggota gereja termasuk sang ibu harus membuat donasi rutin bagi pemasukan gereja yang tak jarang dalam jumlah besar.

Gereja yang saat ini dijalankan oleh istri Moon itu dilaporkan kerap menuntut sumbangan besar dari para pengikutnya. Para anggota juga diminta menjual barang-barang spiritual hingga ekstrak ginseng.

Tak heran, di awal kemunculan, Gereja Unifikasi getol mendekati pejabat hingga petinggi negara.

Gereja Unifikasi bahkan disebut memiliki relasi yang dekat dengan banyak politikus konservatif tak hanya di Korsel, tapi juga Jepang hingga AS.

Mantan Presiden AS, Donald Trump, yang merupakan kaum konservatif, disebut terkait dengan Gereja Unifikasi.

The Washington Post melaporkan gereja ini menghabiskan jutaan dolar setiap tahun untuk menjalankan program-program mereka mulai dari konferensi sampai lobi-lobi di AS.

Gereja Unifikasi juga tak segan menggelontorkan uang dari para anggotanya untuk membangun citra publik yang positif dan menjalin aliansi dengan politikus konservatif.

Gereja Unifikasi disebut mendirikan kerajaan bisnis internasional yakni Tongil Group.

Tongil Group merupakan perusahaan asal Korsel yang berkiprah di berbagai sektor usaha mulai dari konstruksi, kesehatan, makanan, media, dan hiburan. Bisnis Tongil Group terkenal tersebar di berbagai negara di dunia.

Tongil Group juga memiliki sejumlah resort di Korsel seperti Resor Ski Yongpyong yang terkenal dari film Winter Sonata.

Selain soal sumbangan, Gereja Unifikasi juga dituduh melakukan praktik cuci otak hingga penghancur keluarga.

Di Jepang, jaringan 300 pengacara telah menggugat gereja karena praktik kontroversialnya dan mendesak politikus Jepang termasuk Abe yang terikat organisasi itu untuk berhenti mendukung gereja tersebut.

Dalam petisi tahun lalu, para pengacara menuduh gereja menindas hak asasi manusia para pengikutnya, memecah hingga menghancurkan keluarga, dan menyebabkan “efek buruk yang serius” pada masyarakat Jepang.

“Agar Tuan Abe terus menjadi politisi aktif, bukan ide yang baik baginya untuk bekerja sama dengan Gereja Unifikasi dan kelompok afiliasinya serta mendukung acara mereka,” kata mereka dalam petisi tersebut.

“Kami sangat mendesak Anda untuk mempertimbangkan reputasi Anda dan tidak mengulangi tindakan semacam ini.”

5. Hubungan dengan Keluarga Abe

Kakek Abe, Nobusuke Kishi, yang menjadi PM Jepang 1957-1960, diketahui menjalin relasi dekat dengan Gereja Unifikasi.

Kishi bahkan diketahui membantu gereja melebarkan pengaruh dan ajarannya di Jepang. Kishi bahkan disebut memanfaatkan hubungan dekatnya dengan Gereja Unifikasi untuk mengumpulkan dukungan finansial.

Yamagami dalam pengakuannya juga membunuh Abe karena ia yakin kakeknya telah membantu memperluas kelompok agama yang ia dibenci itu.

“Saya kira mantan Perdana Menteri Nobusuke Kishi berkontribusi pada perluasan [kelompok agama], dan saya berpikir untuk membunuh cucunya, mantan Perdana Menteri Abe,” ujar Mayagami kepada penyelidik seperti dikutip CNN dari NHK.

“Dan saya pikir mantan perdana menteri Abe punya hubungan dekat dengan kelompok ini. Ibuku masuk ke kelompok dan memberi sumbangan besar, dan kehidupan keluargaku kacau,” tutur dia.

Namun, kepala Gereja Unifikasi, Tomihiro Tanaka, membantah kakek Abe terlibat dalam perluasan kelompok tersebut.

“[Kishi tak mengambil] langkah khusus atau ada pengaruh khusus dalam penyebaran [kelompok agama] ini di semua wilayah,” ucap dia.

Lebih lanjut Tanaka menerangkan, Gereja Unifikasi memang pernah menerima pesan dukungan dari Abe di sebuah acara yang merek gelar.

Namun, mantan Perdana Menteri itu bukan anggota gereja yang terdaftar, dia juga tak duduk di dewan penasihat. (RKZ/cnn)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini