Peneliti Center for Market Education (CME) Indonesia Carmelo Ferlito mengatakan, semua kalangan memahami kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia bertujuan untuk meningkatkan suplai minyak sawit lokal di tengah tantangan kekurangan pasokan domestik. Namun, di sisi lain kebijakan tersebut berdampak pada penguncian global atau global lockdowns.
“Di sini terjadi penurunan skala penawaran dan permintaan. Namun, penyesuaian di sisi penawaran lebih lambat dan lebih menyakitkan,” ujar Carmelo dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (5/1).
Carmelo menjelaskan, dengan permintaan CPO yang meningkat dengan cepat, pasokan berjuang untuk mengatasi peningkatan permintaan. “Ini menghasilkan harga yang lebih tinggi dan kelangkaan sementara. Proses penyesuaian selanjutnya diperlambat oleh kebijakan pemerintah dan rasa ketidakpastian secara umum,” kata Carmelo.
Dirinya berpandangan kebijakan larangan ekspor atau penurunan ekspor tidak menjadi solusi yang tepat untuk situasi saat ini. Menurutnya, agen ekonomi bereaksi terhadap insentif yang pada gilirannya menghasilkan ekspektasi. “Agar pasokan dapat menyesuaikan dengan tingkat permintaan, penting agar semua insentif tetap hidup: harga tinggi sementara dan permintaan yang meningkat,” ujar Peneliti Senior di Institute for Democracy and Economic Affairs (IDEAS) itu.