spot_img
Kamis, April 25, 2024
spot_img

Harga Minyak Dunia Anjlok, Bagaimana dengan Rupiah dan BBM di Indonesia?(I)

KNews.id- Harga minyak dunia kembali anjlok dan bahkan menyentuh pada level terendah sejak tahun 2001. Hal tersebut dipicu oleh anjloknya permintaan dunia akibat mewabahnya pandemi Covid-19 di seluruh dunia.

Dilansir Bloomberg, harga minyak Brent untuk kontrak Juni 2020 turun di angka 0,50% ke level US$ 27,94 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Mei 2020 turun 13,19% menjadi US$ 15,86 per barelnya.

- Advertisement -

Terjunnya harga tersebut akibat lemahnya konsumsi bahan bakar dan outlook dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan International Energy Agency (EIA). Bahkan untuk merespon lemahnya permintaan, beberapa produsen seperti OPEC sepakat mangkasan produksi hampir 10 juta barel per hari.

Penurunan harga itu juga mengakibatkan negara-negara turut mengurangi produksi. Bahkan Arab Saudi memperkirakan total pengurangan pasokan global dari produsen mencapai hampir 20 juta barel per hari.

- Advertisement -

Menurut analisis FXTM Han Tan dilansir Reuters, bahwa jika lebih banyak ekonomi global memberlakukan rencana (pemangkasan produksi) membantu harga minyak menemukan landasan yang lebih kuat pada Mei, dibantu oleh pemotongan pasokan OPEC.

Saat ini, beberapa perusahaan telah mengumumkan pengurangan pasokan,  di antaranya Chevron, BP dan Total SA. Namun, bukanya membaik, hal itu justru pertumbuhan ekonomi melambat dengan cepat.

- Advertisement -

Bagaimana Pengaruh terhadap Rupiah?

Nilai tukar rupiah kembali menguat pada perdagangan Senin (20/4) kemarin melanjutkan penguatan dua pekan berturut-turut.  Rupiah mencatat penguatan 0,16% di Rp 15.375/US$ kemarin, meski di awal perdagangan berada di zona merah. Bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) yang kembali memangkas suku bunga membuat rupiah berbalik menguat. 

PBoC kemarin memangkas suku bunga (loan prime rate/LPR) tenor 1 tahun menjadi 3,85% dari sebelumnya 4,05%, dan LPR tenor 5 tahun juga dipangkas menjadi 4,65% dari sebelumnya 4,75%. Ini merupakan kali kedua PBoC memangkas LPR di tahun ini, tujuannya tentu saja untuk menambah likuiditas dan memacu perekonomian yang merosot akibat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19). 

Pemangkasan suku bunga PBoC terbukti mengangkat sentimen pelaku pasar hari ini. Roda perekonomian China diharapkan semakin berputar cepat, sehingga ekonominya bisa segera bangkit dari kerterpurukan di kuartal I-2020 (berkontraksi 6,8%) lalu akibat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19). 

Ketika ekonomi China bangkit, maka akan menjadi awal yang bagus bagi perekonomian global saat pandemi COVID-19 berhasil dihentikan. Rupiah yang sebelumnya melemah pun berbalik menguat akibat pemangkasan suku bunga PBoC. 

Dengan penguatan Senin kemarin, rupiah melanjutkan penguatan dua pekan beruntun dengan total 6,26%. Meski demikian, tantangan bagi rupiah untuk terus menguat semakin berat. Selain karena penguatan tajam dalam waktu singkat yang rentan memicu koreksi, sentimen pelaku pasar juga sedang kurang bagus setelah dikejutkan dengan harga minyak mentah di bawah US$ 0 per barel, alias negatif. 

Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat menyentuh -US$ 40,32 per barel sebelum akhirnya berakhir diperdagangkan pada -US$ 37,63 pada perdagangan Senin. Harga tersebut merupakan harga WTI untuk kontrak Mei yang akan expired pada hari ini, Selasa (21/4)…bersambung
(Tim KNews)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini