KNews.id – Keutamaan selanjutnya dari sholat dhuha adalah menjadikan diri bersih dari dosa yang memungkinkan diampuni segala doa. Sebagaimana hadits Abu Hurairah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : ” مَنْ حَافَظَ عَلَى سُبْحَةِ الضُّحَى غُفِرَتْ ذُنُوبُهُ ، وَإِنْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ الْبَحْرِ ”
Artinya:
“Barang siapa menjaga sholat dhuha, maka Allah akan mengampuni segala dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.”
Dan yang tidak kalah penting adalah keutamaan yang langsung ditegaskan oleh Allah melalui Rasulullah SAW dalam hadits Qudsi:
عن أبي الدرداء وأبي ذرِّ ( رضي الله عنهما ) عن رسول الله صلى الله عليه وسلم : عن الله تبارك وتعالى أنه قال : ابن آدم ، اركع لي أربع ركعاتٍ من أول النهار أكفك آخره ” ( رواه الترمذي )
Artinya:
“Dari Abi Darda’ dan Abi Dzar dari Rasulullah SAW (langsung) dari Allah Tabaraka wa Ta’ala, ruku’lah untukku empat rakaat di permulaan hari (pagi), maka Aku akan mencukupi-Mu di sisa hari-Mu.”3 dari 4 halaman
Rakaat Sholat Dhuha dan Niatnya
Sholat dhuha minimal dilaksanakan dua rakaat, dan yang baik adalah empat rakaat sedangkan sempurnanya adalah enam rakaat. Hal yang paling utama adalah ukuran maksimal yaitu delapan rakaat.
Sholat dhuha sebaiknya dilakukan dua rakaat untuk satu kali salam, walaupun boleh melangsungkannya dalam empat rakaat sekaligus.
Untuk dua rakaat sholat dapat dimulai dengan niat:
أصلى سنة الضحى ركعتين لله تعالى
Ushalli sunnatad dhuha rak’ataini lillahi ta’ala.
Artinya:
“Aku niat sholat dua dua rakaat karena Allah.”
Kemudian dilanjutkan dengan bacaan al-Fatihah dan disusul surat Was-Syamsi wa dhuhaha (Ad-Dhuha) untuk rakaat pertama dan Qul ya ayyuhal kafirun (Al-Kafirun) untuk rakaat kedua. Selanjutnya diulang dengan bacaan surat semampunya.
Sementara, bacaan doa dalam sholat dhuha sangatlah beragam akan tetapi yang masyhur adalah:
اللَّهُمَّ إنَّ الضُّحَى ضَحَاؤُك وَالْبَهَا بَهَاؤُك وَالْجَمَالُ جَمَالُك وَالْقُوَّةُ قُوَّتُك وَالْقُدْرَةُ قُدْرَتُك وَالْعِصْمَةُ عِصْمَتُك اللَّهُمَّ إنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضَحَائِكَ وَبِهَائِك وَجَمَالِك وَقُوَّتِك وَقُدْرَتِك آتِنِي مَا آتَيْت عِبَادَك الصَّالِحِينَ
Allahumma innad dhuhaa dhuha uka, wal bahaa bahaa-uka, wal jamaala jamaa-luka, wal quwwaata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka, wal ishmata ishmatuka. allahumma inkaana rizqi fis-samaa-i fa-anzilhu, wainkaana fil-ardli fa akhrijhu, wainkaana mu’siron fayassirhu, wainkaana charooman fathohhirhu, wainkaana ba’iidan faqorribhu, bichaqqi dhuhaaika, wajaamalika, wabahaaika, waqudrotika, waquwwatika, waishmatika, aatini maa’ataita ‘ibaadakash-sholihiin.
Artinya:
“Ya Allah sesungguhnya waktu dhuha adalah dhuha-Mu, dan keindahan adalah keindahan-Mu, dan kebagusan adalah kebagusan-Mu, dan kemampuan adalah kemampuan-Mu, dan kekuatan adalah kekuatan-Mu, serta perlindungan adalah perlindungan-Mu. ya allah apabila rezekiku berada di langit maka mohon turunkanlah, bila di bumi mohon keluarkanlah, bila sulit mudahkanlah, bila jauh dekatkanlah, dan bila haram bersihkanlah, dengan haq dhuha-Mu, keindahan-Mu, kebagusan-Mu, kemampuan-Mu, kekuatan-Mu dan perlindungan-Mu, berikanlah kepadaku apa saja yang Engkau berikan kepada hamba-hambamu yang shaleh.”
(Zs.Kznh)