Rabu, Oktober 4, 2023
Keuangan News
  • Nasional
    • Hukum
    • Kebijakan
    • Makro Ekonomi
    • Peristiwa
    • Politik
  • Internasional
    • Afrika
    • Amerika
    • Asia
    • Australia
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Keuangan
    • Asuransi
    • Leasing
    • Liputan Khusus
    • Perbankan
    • Syariah
    • UKM
  • Investasi
    • BUMN
    • Emiten
    • Market / Pasar
    • Properti
  • Khazanah
  • Lifestyle
    • Teknologi
    • Tokoh
    • Travel
    • Wisata
  • Advertorial
  • KN English
  • Opini
No Result
View All Result
  • Nasional
    • Hukum
    • Kebijakan
    • Makro Ekonomi
    • Peristiwa
    • Politik
  • Internasional
    • Afrika
    • Amerika
    • Asia
    • Australia
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Keuangan
    • Asuransi
    • Leasing
    • Liputan Khusus
    • Perbankan
    • Syariah
    • UKM
  • Investasi
    • BUMN
    • Emiten
    • Market / Pasar
    • Properti
  • Khazanah
  • Lifestyle
    • Teknologi
    • Tokoh
    • Travel
    • Wisata
  • Advertorial
  • KN English
  • Opini
No Result
View All Result
KeuanganNews.id
No Result
View All Result
  • Nasional
  • Internasional
  • Keuangan
  • Investasi
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Advertorial
  • KN English
  • Opini
Home Internasional Amerika

AS di Ambang Kehancuran, Status ‘Superpower Dunia’ Terancam!

by Hasan
24/04/2023 12:59 AM
in Amerika, Headline, Internasional
A A
Empat senator AS

Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Share on FacebookShare on Twitter

KNews.id- Berbagai raihan kemenangan yang telah sukses Amerika Serikat (AS) dapati selama ini telah membuat negara tersebut menjadi negara adidaya. Bermula dari kisah suksesnya AS dalam membungkam Jepang lewat serangan bom atom pada perang dunia II lalu, sepanjang abad ke-19 AS telah menjadi negara adidaya.

Begitu pula saat episode 30 tahun Perang Dingin. AS sukses memenangkan persaingan ideologi antara Uni Soviet dan komunisnya usai Presiden Soviet, Michael Gorbachev, resmi membubarkan negaranya sendiri setelah 74 tahun berdiri.

Berbagai raihan kemenangan itu jelas membuat AS sangat digdaya dan memiliki kekuatan tak terhingga, sekaligus membuatnya sebagai polisi dunia di sektor ekonomi atau politik. Atas nama demokrasi dan liberalisasi, AS kerap melakukan perluasan hegemoni yang disebut Pax Americana.

Baca juga:

Tiga Nama Bursa Cawapres, Representasi NU Disebut Condong ke Khofifah, Bukan Mahfud MD & Cak Imin

PKS soal Sosok Kapten Timnas Anies-Cak Imin: Anak Muda

BRI Optimis Net Zero Emission Indonesia 2060 Tercapai dengan Kolaborasi

Meski begitu, tulis Tom Mc Tague di The Atlantic, kekuatan besar AS juga diiringi oleh kerentanan kehancuran yang begitu besar. Sebab, ketidaksukaan publik dunia atas kedudukan AS membuat mereka menginginkan keruntuhan dari negara yang berdiri pada 1776 itu.

Pernyataan Tom memang tidak salah. Mengapa?

Contoh ini terlihat pada sikap AS menghadapi pertempuran. Merujuk paparan The New Rules of War: Victory in the Age of Durable Disorder (2019), perlu dipahami setelah 1945 perang di dunia tak hanya berada di lingkup satu negara, alias melintasi batas-batas politik negara.

Hal ini disebabkan karena perang lebih didasari oleh sentimen kebangsaan dan keagamaan yang militannya bisa lintas negara. Pertarungan antara suku A dan B, bisa saja berada di 2-3 negara.

Pandangan baru inilah yang gagal dipahami oleh AS. Mereka memakai strategi perang dunia, bahwa kemenangan diraih usai membunuh pemimpin dan menghancurkan militer musuh.

Disinilah letak masalahnya. Dalam tiap pertempuran, AS berhasil menghancurkan militer dan pemimpin, tetapi tidak dengan ideologis atau pemikirannya yang tetap eksis.

Akibat gagal menghabisi akar ideologis yang lintas negara, dan terlena oleh kemenangan “semu” usai membunuh pemimpin, lahirlah berbagai kelompok ekstremis yang melahirkan gerakan terorisme global, salah satunya bernama ISIS. Dan ini memang terbukti saat ISIS melancarkan aksi terorisme terhadap Barat, khususnya AS demi tercapainya kehancuran AS itu sendiri.

Kasus-kasus seperti ini sebetulnya jadi boomerang bagi AS. Sejak tahun 1970-an, dan memuncak saat memasuki abad ke-20, sudah ada berbagai prediksi American Decline atau kemunduran AS. Sebagaimana dipaparkan Nicholas Kitchen & Michael Cox dalam “Power, structural power, and American decline” (Cambridge Review of International Affairs, 2019), penyebab kemunduran saat memasuki abad ke-20 ini disebabkan karena AS membuat seluruh dunia kecewa karena agresi militer dan sistem kapitalismenya.

Khusus yang terakhir, model kapitalisme AS yang sebelumnya begitu dominan dipandang telah merusak politik, menghambat pertumbuhan, dan melemahkan daya tarik AS dalam tatanan global. Berhubung mulai melemah, di sinilah China muncul dan bangkit. Menariknya, kebangkitan China ini justru disebabkan, lagi-lagi, oleh kebodohan AS itu sendiri. Saat AS fokus mengacak-acak Timur Tengah yang berujung kekalahan, China, fokus berdagang dan meluaskan sayap pengaruh. Pada titik ini sebetulnya AS luput dan telat sadar kalau dirinya mengalami kemunduran.

Merujuk data IMF, pada 2000 PDB China hanya 7% dunia. Namun, dua dekade kemudian, nilainya berlipat ganda menjadi hampir 19%. Pada periode yang sama, PDB AS justru merosot dari 20% menjadi hampir 16%. Aroma kemunduran ini juga pernah diprediksi oleh sejarawan AS, Alferd McCoyr. Menurutnya kenaikan harga, upah yang stagnan dan daya saing internasional yang mulai pudar akan datang.

Mengutip Big Think, pada tahun 2025 kekuatan AS sudah compang-camping dan memudar. Lalu lima tahun kemudian, dollar AS akan kehilangan statusnya sebagai mata uang dunia yang berakibat pada hilangnya hegemoni AS di dunia.

Sebetulnya pernyataan Alferd ini sudah mulai terlihat. Amerika Serikat (AS) kini mulai “dijauhi” sejumlah negara. Ini terlihat dari mata uang, dedolarisasi, hingga trend pergaulan global. Dari sisi mata uang, upaya ‘membuang’ dolar AS dilakukan sejumlah pihak. Di antaranya negara-negara yang bergabung dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan).

Di segi pergaulan internasional, AS pun mulai “dilupakan” beberapa negara termasuk sekutu dekatnya. Sebut saja Arab Saudi yang tiba-tiba membina hubungan kembali dengan Iran, di bawah mediasi China, sebagaimana diberitakan Reuters dan AFP.

Belum lagi Prancis, usai Presiden Emmanuel Macron menemui Presiden China Xi Jinping pekan lalu. Macron mengatakan Eropa harus mengurangi “ketergantungannya” pada AS.

Eropa, tegasnya, harus menghindarkan diri dari terseret ke dalam konfrontasi antara AS dan China atas Taiwan. Macron, dimuat Politico, menekankan teori “otonomi strategis” untuk Eropa, yang mungkin dipimpin oleh Prancis untuk menjadi negara adikuasa ketiga. (AHM/cnbc)

Tags: ASKehancuranStatus 'Superpower Dunia'

Berita Terkait

Tiga Nama Bursa Cawapres, Representasi NU Disebut Condong ke Khofifah, Bukan Mahfud MD & Cak Imin
Headline

Tiga Nama Bursa Cawapres, Representasi NU Disebut Condong ke Khofifah, Bukan Mahfud MD & Cak Imin

03/10/2023 9:00 PM
Cak Imin Cawapres Anies, PKS Ungkit Koalisi Semut Merah
Headline

PKS soal Sosok Kapten Timnas Anies-Cak Imin: Anak Muda

03/10/2023 8:00 PM
BRI Optimis Net Zero Emission Indonesia 2060 Tercapai dengan Kolaborasi
Advertorial

BRI Optimis Net Zero Emission Indonesia 2060 Tercapai dengan Kolaborasi

03/10/2023 7:36 PM

Discussion about this post

Recent News

Pelajaran di Balik Isu Asuransi Rp69 M Mirna Salihin

Pelajaran di Balik Isu Asuransi Rp69 M Mirna Salihin

03/10/2023 10:00 PM
Tiga Nama Bursa Cawapres, Representasi NU Disebut Condong ke Khofifah, Bukan Mahfud MD & Cak Imin

Tiga Nama Bursa Cawapres, Representasi NU Disebut Condong ke Khofifah, Bukan Mahfud MD & Cak Imin

03/10/2023 9:00 PM
Cak Imin Cawapres Anies, PKS Ungkit Koalisi Semut Merah

PKS soal Sosok Kapten Timnas Anies-Cak Imin: Anak Muda

03/10/2023 8:00 PM
BRI Optimis Net Zero Emission Indonesia 2060 Tercapai dengan Kolaborasi

BRI Optimis Net Zero Emission Indonesia 2060 Tercapai dengan Kolaborasi

03/10/2023 7:36 PM
Wamentan: Kita Masih Mencari Keberadaan Pak Menteri Pertanian

Wamentan: Kita Masih Mencari Keberadaan Pak Menteri Pertanian

03/10/2023 7:15 PM
Begini Cara Anies Apresiasi Dukungan di Acara Ngariung 1.000 Alumni ITB

Begini Cara Anies Apresiasi Dukungan di Acara Ngariung 1.000 Alumni ITB

03/10/2023 7:00 PM
Miliarder India Harpal Randhawa Tewas dalam Kecelakaan Pesawat di Zimbabwe

Miliarder India Harpal Randhawa Tewas dalam Kecelakaan Pesawat di Zimbabwe

03/10/2023 6:40 PM
Tak Ada Pembagian Kekuasaan di PDIP, Beathor: Pertarungan Jokowi Vs Mega Makin Keras

Tak Ada Pembagian Kekuasaan di PDIP, Beathor: Pertarungan Jokowi Vs Mega Makin Keras

03/10/2023 6:00 PM
ANTAM Ngumpulin Stok, Harga Buyback Emas Naik Lebih Tinggi

Harga Emas 24 Karat Antam Mulai Rp574.500, Borong Mumpung Belum Naik

03/10/2023 5:32 PM
Melaju untuk Menuju Masa Depan, Bank Mandiri Menjadi Pionir Perdagangan Bursa Karbon

Melaju untuk Menuju Masa Depan, Bank Mandiri Menjadi Pionir Perdagangan Bursa Karbon

03/10/2023 4:40 PM

ABOUT US

Keuangan News

Follow us on social media:

  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
  • Advertisement
  • Privacy
  • Kontak Kami

© 2023 Keuangannews.id

No Result
View All Result
  • Nasional
    • Hukum
    • Kebijakan
    • Makro Ekonomi
    • Peristiwa
    • Politik
  • Internasional
    • Afrika
    • Amerika
    • Asia
    • Australia
    • Eropa
    • Timur Tengah
  • Keuangan
    • Asuransi
    • Leasing
    • Liputan Khusus
    • Perbankan
    • Syariah
    • UKM
  • Investasi
    • BUMN
    • Emiten
    • Market / Pasar
    • Properti
  • Khazanah
  • Lifestyle
    • Teknologi
    • Tokoh
    • Travel
    • Wisata
  • Advertorial
  • KN English
  • Opini

© 2023 Keuangannews.id